Sabtu, 07 Desember 2019

Menolong Rindu

Rindu itu tak pernah mempunyai usia
Dan aku selalu ingin lengan lembut mu terus merengkuh
Sementara hari terkayuh
Barangkali telah hilang rasa itu
Namun cerlang mata mu menjadi pintu
Pintu yang tak lagi mempunyai cadangan kunci
Sebab hanya untuk ku sendiri
Dan berharap akan mengembara melewati riuh kota
Menyimpan demam perjalanan
Dan kerumunan orang yang selalu gagal menghitung langkah
Rindu itu akan utuh
Senyum mu tak akan hambar termakan waktu
Dan jantung ku tak kunjung berhenti berdebar
Saat memandang mu

Jumat, 06 Desember 2019

Kata, Kata, Kata

Kenangkanlah gumam pertama
Pertemuan tak terduga
Di suatu kota
Di suatu hari kemarau
Di suatu keasingan rindu
Di suatu perjalanan biru
Kenangkanlah bisikan pertama
Risau berubah menjadi gema
Duka percintaan sukma
Rahasia perjanjian sunyi
Kenangkanlah percakapan pertama
Gugusan waktu, nafas, dan peristiwa
Mungkin hanya angin, daun, dan debu
Pesona terakhir dari sajak ku

Satu

Aku tak paham mengapa aku sangat lancang telah berani mengagumimu. Tapi harus diakui bahwa itulah kenyataannya, sungguh. Hanya saja, aku hanya berani mengagumimu dalam diam, sunyi dan senyap. Tidak perduli seberapa sepinya mengagumimu hanya dalam diam seperti ini, karena aku menikmatinya. Selayaknya berayun tanpa dendang lagu, menari dalam kesepihan hati, berbincang dengan bayangan semu, menatak kehitaman murka. Tak apa, aku baik baik saja, meskipun itu sesekali menyesakan dada, menyiksa batin dan asa, berapi api dalam kobaran raga tak bernyawa, karena terpaksa harus menahan rindu yang sering kali menyergap secara tiba tiba, menahan keinginan untuk menggenggam erat kedua tangan mu meskipun dalam khayal, memendam harapan yang tersisa ketika ingin menyaksikan pancaran kedua bola mata itu. Tapi, sejatinya semua itu  akan terobati tatkala teringat satu hal yang seringkali menjadikan kita merasa satu,

Menolong Rindu

Rindu itu tak pernah mempunyai usia Dan aku selalu ingin lengan lembut mu terus merengkuh Sementara hari terkayuh Barangkali telah hilang...