Kamis, 05 Juli 2018

Sebuah Trilogi : MATA ITU

Kurasa biasa saja, saat kedua matamu menatapku biasa saja. Berawal dari yang biasa saja, matamu mulai menatapku menjadi lebih berarti. Banyak makna yang harusnya ku artikan, matamu berusaha mencari dan mendaki beberapa hal tentang ku dan mulai mencari perhatian ku. Matamu mulai berani menatapku tidak dengan cara yang biasa. Matamu berusaha membuat matahariku bersinar lebih dari yang biasanya, matamu juga selalu berusaha memperbaiki jembatanku yang sering sekali roboh tertiup kencangnya angin. Akupun mulai mencintaimu dengan cara yang tidak biasa. Aku mencintai matamu dalam diam dan kebisuan waktu. Selanjutnya, aku mulai merasakan getaran jantung yang lebih hebat dan kencang, Setelah beberapa waktu yang aku lalui tadak pernah kosong denganmu, aku merasakan getaran itu semakin hebat dan akhirnya membuncah menjadi sebuah perasaan yang belum mampu aku sampaikan. Mata itu sepertinya mampu menyerap dan merasuki seluruh arti daripada kehidupanku. Indah, bercahaya dan aku berharap mampu menatapmu selamanya. 

Aku heran, mata itu perlahan menjauh ketika mataku mulai mendekat. Pikiranku pekat, apakah matamu telah menemukan mata yang lebih indah ? Menemukan mata yang lebih mampu mengartikan seluruh makna yang ingin kau capai ? Entahlah. Yang jelas, mata itu perlahan pergi dan hingga akhirnya benar benar menghilang. Ini juga benar benar berakhir dengan tidak biasa. Salahku   

Minggu, 01 Juli 2018

Sebuah Trilogi : Kamu Bodoh ?

Nilai fisika mu 0, nilai matematikamu 0, nilai kimiamu 60, nilai biologimu pas di KKM.


Kamu mengutuk dirimu. Begitu juga orang-orang disekitarmu. “Bodoh” “Bikin malu nama orangtua” “Kamu pas UN nyontek, ya?” “Kok kamu bisa lulus SD?” Dan kawan-kawannya.


Kamu remedial di mata pelajaran tersebut. Kamu terlihat bodoh saat mengerjakan soal. Kamu tidak bisa apa-apa, bahkan menulis nama pun rasanya tak pantas. 
Lalu kamu berada di peringkat paling akhir dikelas. Kamu diolok-olok, dicaci maki, dihina, dan orangtuamu dicap gagal.


Kamu terdiam dan tak berkutik lagi. Kamu anggap kamu bodoh, dan orang sepertimu tak pantas hidup. Kamu hanyalah sampah masyarakat. Kamu beban, percuma orangtua mu menyekolahkan.


Kamu pasrah, dan percaya bahwa kamu adalah apa yang dikatakan orang-orang itu.


Ya.

Kamu memang bodoh.

Sangat bodoh.


Kamu bodoh, karena kamu menganggap dirimu bodoh. Kamu bodoh, karena kamu percaya dengan semua kata-kata mereka. Bodohnya kamu, masih memaksakan diri untuk memahami suatu hal. 
Kamu bodoh, karena kamu tak tau batas kemampuan serta bakat dan minatmu.


Jika kamu tak pandai menghafal ribuan rumus fisika, bukan berarti kamu tak bisa menendang bola sampai ke gawangnya.


Jika kamu tak pandai mencari nilai X pada logaritma, bukan berarti kamu tak bisa melukis pemandangan yang indah.


Jika kamu tak pandai membuat struktur lewis suatu unsur, bukan berarti kamu tak bisa berdebat bahasa inggris dengan lancar.


Jika kamu tak pandai dalam satu bidang, bukan berarti kamu bodoh dalam semua bidang.


Kamu itu pintar.

Kamu itu bijaksana.

Carilah jati dirimu,

dan kau akan berhasil di masa depan.


Kamu tidak bodoh, mereka yang bodoh karena menganggapmu bodoh. Kamu tidak bodoh. - Arcturus
.



Sumber : Jovanna



Menolong Rindu

Rindu itu tak pernah mempunyai usia Dan aku selalu ingin lengan lembut mu terus merengkuh Sementara hari terkayuh Barangkali telah hilang...