Kali ini
saya tuliskan seri pengetahuan umum seputar kepolisian republik
Indonesia atau disingkat POLRI. Secara umum cuma pengen berbagi pengetahuan
aja, tapi secara khusus saya perlu tahu soal ini karena dari pekerjaan inilah
Ayah saya bisa menghidupi saya dan seluruh keluarga. Karena itulah saya agak
sedikit mengerti tentang pengetahuan pangkat kepolisian. Memang mungkin masih
banyak kekurangan dari POLRI, tapi saya lebih tidak bisa bayangkan apa jadinya
suatu negara kalau tanpa polisi maupun TNI. Saya lebih senang membayangkan apa
jadinya suatu negara kalau tanpa koruptor, pasti sejahtera sekali. Tapi, penting
juga lho buat kalian tau kepangkatan Polri, kalo nonton berita kriminal di TV
jadi tau pangkat polisinya, kalo ditilang di jalan tau pangkatnya, dan juga
siapa tau yang mau dapat jodoh polisi, harus tau juga dong tentang
pangkat-pangkatnya biar bisa memilah dan memilih..
Sedikit
Intermezzo tentang sejarah dan pengetahuan umumnya, dulu sebelum TNI dan POLRI
dipisah, namanya masih ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) yang
dihasilkan dari pendidikan AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Lalu pada 1 April 1999 secara resmi diadakan upacara pemisahan Polri dari ABRI
yang direalisasikan oleh Presiden B.J. Habibie. Pemisahan ini dilakukan pasca
jatuhnya pemerintahan orde Baru Soeharto yang menimbulkan banyak tuntutan agar
Polri dipisahkan dari ABRI dengan harapan Polri menjadi lembaga yang
professional dan mandiri, jauh dari intervensi pihak lain dalam penegakan
hukum.
AKABRI adalah Integrasi dari empat matra, yaitu Akademi Angkatan Darat (AAD) /
AKMIL di Magelang, Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya, Akademi Angkatan
Udara (AAU) di Yogyakarta dan Akademi Kepolisian (AKPOL) di Semarang.
Sejak 1 April 1999, Akpol memisahkan diri dari AKABRI dan sejak itu juga AKABRI
berganti nama jadi Akademi TNI yang terdiri dari tiga matra : AAD, AAL, dan
AAU.
Dalam
kepolisian sendiri, ada tiga golongan kepangkatan, mulai dari yang terendah
yaitu Tamtama, Bintara dan kemudian Perwira. Untuk
Tamtama memang jarang sekali kita jumpai dan memang tidak di tengah masyarakat
langsung jika bertugas, biasanya prajurit brimob atau polair. Kepangkatan yang
paling sering kita jumpai sehari-hari, dibagi dalam dua golongan besar, yaitu
Bintara dan Perwira. Ciri khasnya bisa dibedakan dari warna lambang pangkatnya.
Bintara berwarna perak, sedangkan perwira berwarna emas. Dari warnanya, jelas
sekali bahwa pangkat perwira lebih tinggi dari bintara, begitu juga dengan
tingkat kesulitan seleksi dan pendidikannya. Sekolah Calon Bintara lebih banyak
menerima siswa, pendidikannya adalah SECABA (Sekolah Calon Bintara), bertempat
di SPN (Sekolah Polisi Negara) dan masa pendidikan 7 bulan saja, kemudian
langsung siap penempatan kerja. SPN sendiri ada di banyak daerah, biasanya
tiap provinsi memiliki satu SPN. Sedangkan untuk bisa menjadi perwira, hanya
satu Akademi Kepolisian di Indonesia yang menghasilkannya, yaitu AKPOL di
Semarang yang itu pun hanya menerima sekitar 300an orang dari seluruh Indonesia
setiap tahunnya, dengan pendidikan selama hampir 4 tahun dan para
siswanya lebih dikenal dengan sebutan Taruna dan Taruni. Dari perbedaan tingkat
pendidikannya inilah maka lulusan Akpol langsung mendapat pangkat golongan
Perwira.
Selain AKPOL, ada juga pendidikan untuk menjadi perwira, yaitu SAG
Perwira (Sekolah Alih Golongan Perwira), sekolah bagi Bintara senior (Aipda
/ Aiptu) yang ingin melanjutkan mencapai jenjang perwira. Dan ada juga SIPSS
(Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana) pendidikan pembentukan
perwira di SETUKPA Sukabumi selama 6 bulan bagi para lulusan S1 dengan output
lulusan berpangkat Ipda. Namun penerimaan SIPSS tidak selalu pasti ada, dan
tergantung bidang ilmu S1 tertentu yang dibutuhkan.
Perbedaan
utama antara pangkat Bintara dan Perwira adalah pada segi tugasnya. Pangkat
Bintara adalah pelaksana utama di lapangan, sedangkan Perwira lebih
bersifat managerial seperti dalam hal perencanaan, strategi,
pengendalian serta pengambilan keputusan. Jadi kalau teman-teman sering lihat
Polantas yang sering bertugas di pos pinggir jalan itu adalah golongan Bintara,
tapi kadang ada juga Perwira yang turun ke lapangan untuk membantu dan
mengawasi tapi saat tertentu saja sebagai koordinator lapangan. Kalau kalian
pernah melihat petugas yang menjaring pelanggar lalu lintas dan memberi tilang,
mayoritas ditangani para Bintara/Brigadir, bukan Tamtama ataupun Perwira.
Unsur pelaksana, divisi, direktorat, biro dan bidang di kepolisian sendiri ada
banyak, dan punya tugas masing-masing. Jadi polisi punya banyak posisi tugas
masing-masing. Ada:
Intelkam
Intelkam
bertugas menyelenggarakan / membina fungsi Intelejen bidang Keamanan,
termasuk persandian, dan pemberi pelayanan dalam bentuk Surat izin /
Keterangan yang menyangkut Orang Asing, Senjata Api & Bahan Peledak,
kegiatan social / Politik masyarakat dan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK) kepada warga masyarakat yang membutuhkan serta
melakukan pengawasan / pengamanan dan pelaksanaannya.
Reskrim
RESKRIM bertugas
membina Fungsi dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dalam rangka penegakan
hukum, koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidikan PPNS
sesuai ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
Reskrimsus
Reskrimsus adalah Penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan penyelidikan / penyidikan tindak pidana umum dan
tertentu , dengan memberikan pelayanan / perlindungan khusus kepada
korban / pelaku remaja , anak dan wanita, dalam rangka penegakan hukum
sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
Penyelenggaraan fungsi Identifikasi baik untuk kepentingan penyidikan maupun pelayan umum.
Penyelenggaraan pembinaan teknis dan koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidak PPN.
ResNarkoba
Resnarkoba
bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
penyalahgunaan narkoba, termasuk penyuluhan dan pembinaan dalam rangka
pencegahan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba.
Brimob
Brimob
berfungsi sebagai oprasional kepolisian merupakan salah satu unsur
pelaksana utama polri yang bertugas membina kemampuan dan mengerahkan
kekuatan brimob dalam menanggulangi gangguan keamanan dalam negeri
berintensitas tinggi seperti kerusuhan massa, kejahatan terorganisir
senjata api, bahan peledak, penanganan senjata kimia, biologi dan
radioaktif, serta pelaksanaan SAR.
Lalu Lintas
Lantas bertugas
Memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan Fungsi tehnis Lalu Lintas dan Menyelenggarakan administrasi registrasi / identifikasi kendaraan bermotor.
Biro Operasi
Tugas
Biro ops bertugas merencanakan dan mengendalikan administrasi operasi
kepolisian, pengamanan kegiatan masyarakat dan/atau instansi pemerintah,
menyajikan informasi dan dokumentas serta mengendalikan pengamanan
markas.
Densus 88 khusus terorisme,
Densus
88 AT atau Datasemen Khusus 88 Anti Teror merupakan pasukan elit Polri
yang bertugas menanggulangi terorisme dan penegak hukum domestik
indonesia. Dianggotai kurang lebih 400 personil, Densus 88 terdiri dari
para ahli investigasi, tim GEGANA dan penembak jitu diharapkan mampu
meredam terorisme yang kian marak menghantui kehidupan di Indonesa
sehingga melunturkan kepercayaan dunia luar terhadap keamanan dan
stabilitas negara.
Propam
Tugas
Propam melaksanakan pembinaan dan pemeliharaan disiplin, pengamanan
internal, pelayanan pengaduan masyarakat yang diduga dilakukan oleh
anggota Polri dan/atau PNS Polri, melaksanakan sidang disiplin dan/atau
kode etik profesi Polri, serta rehabilitasi personel.
Binmas
Binmas
bertugas melaksanakan pembinaan masyarakat meliputi kegiatan
pemberdayaan Polmas, ketertiban masyarakat dan kegiatan koordinasi
dengan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa, serta kegiatan kerja sama
dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Sabhara
Fungsi
Sabhara merupakan sebagian fungsi Kepolisian yang bersifat preventif
yang merupakan keahlian dan keterampilan khusus yang telah dikembangkan
lagi mengingat masing-masing tugas yang tergabung dalam fungsi Samapta
perlu menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan masyarakat.
Perumusan
dan Pengembangan Fungsi Samapta meliputi Pelaksanaan tugas Polisi Umum,
menyangkut segala upaya pekerjaan dan kegiatan Pengaturan, Penjagaan,
Pengawalan, Patroli, Pengamanan terhadap Hak Penyampaian Pendapat dimuka
umum (PPDU). Pembinaan Polisi Pariwisata, Pembinaan Badan Usaha Jasa
Pengamanan (BUJP), SAR Terbatas, TPTKP, TIPIRING, dan PERDA,
Pengendalian Massa (Dalmas), Negoisasi, Pengamanan terhadap proyek
vital/ Obyek vital dan Pemberdayaan Masyarakat, Pembinaan Bantuaan Satwa
untuk kepentingan Perlidungan, Pengayoman, Pertolongan dan Penertiban
Masyarakat.
Polair
Polair
bertugas menyelenggarakan fungsi kepolisian perairan, yang meliputi
patroli perairan, penegakan hukum diperairan, pembinaan masyarakat pantai dan perairan lainnya, serta pencarian dan penyelamatan kecelakaan di perairan (SAR).
Tahti
Tugas
Tahti bertugas menyelenggarakan perawatan tahanan meliputi pelayanan
kesehatan tahanan, pembinaan tahanan serta menerima, menyimpan, dan
mengamankan barang bukti beserta administrasinya di lingkungan Polres,
melaporkan jumlah dan kondisi tahanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Masih banyak lagi tugas polisi seperti:
Divisi Hukum
Div Propam
Div Humas
Div Hubinter
Div TI (Teknologi Informasi)
Spripim
Kasetum
Kayanma
Staf Ahli
Direktorat Reserse Kriminal
Dir Reskrimsus
Dir Reserse Narkoba
Dir Intelkam
Dir Lantas
Dir Binmas
Dir Sabhara
Dir Pamobvit
Dir Polair
Dir Tahti dll.
Biro Operasi
Biro SDM (Sumber Daya Manusia)
Biro Sarpras (dulu Logistik)
Bidang Keuangan
Bid Propam (Profesi dan Pengamanan)
Bid Hukum
Bid Humas (Hubungan Masyarakat)
Bid Dokkes (Kedokteran Kesehatan)
Yang paling sering kalian lihat
mungkin cuma dari Korps Lalu Lintas yang sering kalian lihat di jalan. Tugas
polantas itu sebenarnya berat karena lalu lintas menjadi penyumbang terbanyak
korban jiwa. Jadi jangan cuma bisa marah-marah jika kalian ditilang karena gak
pake helm, melanggar atau gak taat aturan karena itu demi keselamatan kita
juga.
Polantas
udah biasa ngelihat ceceran mayat dan isi-isi perutnya korban kecelakaan yang
sekedar bisa nyetir doang tanpa tahu aturan. Kalau kalian teliti mengamati,
bedanya polantas adalah topinya berwarna putih. Jadi, polisi itu gak cuma
polisi lalu lintas doang, ada banyak unsur pelaksana polisi lain yang tugasnya
berbeda.
MARKAS POLISI
Untuk
markasnya sendiri dibagi dalam regional wilayah cakupannya dan kepadatan
penduduknya:
1. POLSEK/POLSEKTA
(Kepolisian Sektor)
Adalah markas di tingkat Kecamatan, biasanya dipimpin oleh AKP untuk kecamatan
tipe rural (POLSEK) atau KOMPOL untuk kecamatan tipe urban/kecamatan pusat
kabupaten atau kecamatan besar (POLSEKTA). Untuk wilayah Metro Jakarta Raya,
biasanya Kapolseknya seorang KOMPOL bahkan mungkin saja AKBP. Ada juga beberapa
kecamatan kecil di Indonesia yang berpenduduk sedikit yang dipimpin oleh
Kapolsek dengan pangkat IPTU bahkan IPDA seperti di beberapa kecamatan di Papua
atau kepulauan Nusa Tenggara. Di beberapa daerah terpencil atau perbatasan ada
pula pos-pos polisi yang merupakan perpanjangan tangan dari Kepolisian Sektor.
2. POLRES (Kepolisian
Resort)
Adalah markas di tingkat Kabupaten, biasanya dipimpin oleh AKBP
3. POLRESTA / POLRESTABES (Kepolisian Resort Kota/ Kota Besar)
Dulu disebut POLWIL. Adalah markas di tingkat Kotamadya/Ibu kota Provinsi,
biasanya dipimpin oleh AKBP / KOMBES POL
4. POLDA (Kepolisian Daerah)
Adalah markas di tingkat Provinsi, biasa dipimpin BRIGJEN POL (Bintang 1) untuk
provinsi tipe B dan IRJEN POL (Bintang 2) untuk provinsi besar tipe A yang
padat penduduk/rawan konflik atau A+ khusus (Metro Jaya).
5. MABES POLRI (Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia)
Yaitu markas utama POLRI yang berada di DKI Jakarta, dan dipimpin oleh seorang
JENDERAL Polisi (Bintang 4) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI.
Dahulu ada Markas Polwil (Polisi Wilayah) yang merupakan kawasan yang pada masa
kolonial merupakan Karesidenan. Karena wilayah seperti ini umumnya hanya ada di
pulau Jawa, dan diluar Jawa tidak dikenal adanya satuan Polwil kecuali untuk
wilayah perkotaan seperti ibukota provinsi seperti misalnya Polwiltabes
Makassar di Sulsel, maka mulai awal 2010 seluruh Kepolisian Wilayah (Polwil)
dihapus.
Nah sekarang
masuk ke kepangkatannya:
Untuk golongan Tamtama jumlahnya tidak sebanyak Bintara. Tamtama sering berada
di satuan Brimob atau Polair. Untuk Bintara jumlah personelnya paling banyak
dan sering kita jumpai sehari-hari, serta penempatannya bersifat lokal tidak
jauh-jauh, di provinsi dimana dia mendaftar SPN. Dan untuk golongan Perwira
jumlahnya sedikit, serta penempatan dinasnya bisa luas di seluruh Indonesia
dengan periode perpindahan penempatan dinas (mutasi) yang singkat, dan
rata-rata menjabat posisi strategis pengambil keputusan/pimpinan, seperti
kepala unit (Kanit), kepala satuan (Kasat), kepala bagian (Kabag), kepala
bidang (Kabid), kepala biro (Karo), direktur (Dir), kepala divisi (Kadiv),
Wakil kepala (Waka), kepala polisi (Kapol) dll.
TAMTAMA
Dari terendah
BHARADA : Bhayangkara Dua
BHARATU : Bhayangkara Satu
BHARAKA : Bhayangkara Kepala
ABRIPDA : Ajun Brigadir Polisi Dua
ABRIPTU : Ajun Brigadir Polisi Satu
ABRIP : AJun Brigadir Polisi
BINTARA
BRIPDA : Brigadir Polisi Dua
Pangkat diatas adalah pangkat terendah di golongan bintara.
BRIPTU: Brigadir Polisi Satu
Kalau yang ini aaasudahlahhh
BRIGPOL: Brigadir Polisi
No coment dah.
BRIPKA: Brigadir Polisi Kepala
BINTARA TINGGI
AIPDA: Ajun Inspektur Polisi Dua
AIPTU: Ajun Inspektur Polisi Satu
Aiptu adalah pangkat tertinggi di golongan bintara
PERWIRA
Nah selanjutnya golongan pangkat Perwira:
Untuk golongan Bintara yang memenuhi
syarat untuk melanjutkan SAG (Sekolah Alih Golongan) Perwira, Setukpa, ataupun
Lulusan S1 yang menempuh SIPSS bisa lanjut karir naik ke golongan Perwira.
Untuk lulusan Akpol, pangkatnya langsung dimulai dari sini (Perwira Pertama):
PERWIRA PERTAMA (PAMA)
IPDA: Inspektur Polisi Dua
Foto diatas adalah ipda syabillah, sekarang ia berdinas di korlantas polri.
IPTU: Inspektur Polisi Satu
Dari pada saya pajang foto ayah saya, kayanya foto iptu dhayita
lebih menarik. Diatas adalah iptu dhayita daneswari, iptu dhayita adalah
kapolsek termuda di Indonesia.. lulusan akpol 2012 ini sekarang berdinas di
polsek Candisari Semarang.
AKP: Ajun Komisaris Polisi
AKP Supyan Hadi
Kasat Lantas Polres Lombok Timur
PERWIRA MENENGAH (PAMEN)
KOMPOL: Komisaris Polisi
Kompol Yuniar
Ari Darmawan SIK Wakapolres Indragiri
Hilir
AKBP: Ajun Komisaris Besar Polisi
AKBP Aries
Syahbudin mantan Kapolres Lumajang
KOMBES POL: Komisaris Besar Polisi
Kombes Pol Khrisna murti,, pasti pada tau bapak polisi yang
satu ini. Belakangan ini kombes khrisna sangat disibukan dengan kasus kasus
kriminal, ia kini menjabat sebagai Dir reskrimum (Direktur Reserse Kriminal
Umum) Polda Metro Jaya sebelumnya ia menjabat sebagai Divhubinter Polri, Kombes
khrisna kini berusia 46 tahun, seumuran dengan ayah saya tapi pangkatnya beda
jauh dengan ayah saya, maklum ayah saya lulusan bintara jadi sekarang
berpangkat iptu.
Kombes Khrisna adalah lulusan akpol tahun 91, ia sempat
membuat masyarakat bangga karena aksinya meringkus teroris di sarinah. Ini dia
fotonya:
PERWIRA TINGGI (PATI)
Sekarang
masuk ke jajaran Jenderalnya, mulai dari Bintang 1 sampai Bintang 4. Jajaran
pangkat ini bisa dikatakan golongan "Pangkat Jenderal", jumlahnya di
Indonesia sedikit sekali dan setidaknya menduduki jabatan Wakapolda, Kapolda
atau posisi strategis pejabat utama di Mabes Polri. Paling banyak berkantor di
Mabes Polri. Yah, di Mabes Polri emang banyak Jenderalnya, bertabur bintang
hehe.
BRIGJEN POL: Brigadir Jenderal Polisi
Beliau adalah Brigjen Pol Paulus waterpauw, ia adalah
Kapolda Papua. Brigjen Paulus adalah lulusan akpol tahun 87.
IRJEN POL:
Inspektur Jendral
Foto
Jenderal Bintang Dua diatas adalah foto pak Tito Karnavian. Kapolda Metro jaya yang berasal dari Palembang, Sumatera
Selatan ini adalah salah satu Polisi berprestasi yang memiliki kenaikan pangkat
yang luar biasa. Bisa dilihat, beliau sudah mencapai IRJEN meskipun terbilang
masih muda untuk ukuran Jenderal bintang dua. Beliau lulusan Akpol tahun 87.
Prestasi terbaik beliau adalah menangkap putra mantan Presiden Soeharto, Tommy
Soeharto dalam kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiudin Kartasasmita (2001) dan
memimpin Densus 88 dalam pembongkaran jaringan teroris Dr. Azhari (Batu, Jatim,
November 2005) dan penyergapan jaringan teroris Noordin M. Top (Solo, September
2009). Tidak heran ayah saya menyebut beliau sebagai salah satu Polisi terbaik
saat ini. Dan menurut saya beliau punya kemungkinan yang besar jadi calon
Kapolri suatu saat nanti, secara obyektif, (entahlah kalau secara politik).
Sekedar info, Beliau mendapat gelar Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akpol) dan
selepas lulus SMA, beliau lolos seleksi di 4 perguruan tinggi sekaligus. Mulai
dari lolos AKABRI, Kedokteran Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang, Hubungan
Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja, hingga Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara (STAN). Empat-empatnya lulus seleksi, namun hati beliau memilih ABRI dan
menjadi seorang polisi hebat seperti sekarang ini. Sungguh luar biasa, rasanya
kita bisa banyak belajar dari alumnus terbaik Akpol Leting 87 ini.
Jumlah Irjen Pol yang aktif
di Indonesia yang saya tahu hanya ada 30an orang se-Indonesia. Hanya Kapolda di
Provinsi besar/rawan dan hampir semua sisanya berdinas di Mabes Polri.
Markas Polda
besar/rawan dengan Kapolda bintang dua yang saya tahu:
1. Metro Jaya (JADETABEK)
2. Jawa Barat
3. Jawa Tengah
4. Jawa Timur
5. Bali
6. NAD
7. Sumatera Utara
8. Sumatera Selatan
9. Kalimantan Timur dan Utara (pemekaran provinsi baru, maka masih satu Polda)
10. Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar, masih terhitung pemekaran baru)
11. Papua (Dulunya satu dengan prov.Papua Barat, sekarang Papua Barat sudah
punya Polda sendiri dipimpin Brigjen Pol)
KOMJEN POL: Komisaris Jenderal Polisi
Foto diatas adalah Komjen Pol Budi Waseso, ia kini menjabat
sebagai Kepala BNN (Badan Narkotika Nasional). Ia lulusan akpol tahun 84.
Jumlah
Jenderal Bintang 3 yang aktif di POLRI biasanya kurang dari sepuluh orang.
Yang saya tahu pernah ada 7 jabatan saja yang dihuni Komjen Pol:
1. Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (WAKAPOLRI)
2. Inspektorat Pengawasan Umum Mabes POLRI (ITWASUM)
3. Kepala Badan Intelijen Keamanan Mabes POLRI (KABAINTELKAM)
4. Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Mabes POLRI (KABAHARKAM)
5. Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes POLRI (KABARESKRIM)
6. Kepala
Lembaga Pendidikan Kepolisian (KALEMDIKPOL)
7. Kepala Badan Narkotika Nasional (Kepala BNN)
JENDERAL
POLISI
Pangkat yang hanya dimiiki oleh/pernah menjabat Kapolri
atau istilah lainnya TB1 (Tri Brata 1)
Jenderal Polisi Sutarman, dilantik sebagai Kapolri oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 25 Oktober 2013. Jenderal bintang empat
asal Sukoharjo ini adalah alumnus Akpol tahun 1981 yang berasal dari keluarga
Jawa yang sederhana. Beliau memang berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Beliau pernah bekerja sebagai kuli bangunan dan berjualan bambu keliling
sebelum masuk Akabri. Kerja keras dan perjuangannya membuat saya sangat
mengagumi dan menghormati beliau. Beliau pernah menjadi Ajudan Presiden
Abdurrahman Wahid (alm. Gus Dur). Beliau mengganti jabatan Kapolri dari
pendahulunya Jenderal Purnawirawan Polisi Timur Pradopo. Purnawirawan adalah
gelar untuk para pensiunan polisi atau tentara yang sudah tidak aktif lagi
dalam kemiliteran. Dalam kemiliteran, rasa hormat sangat dijunjung tinggi dan
masih akan dihormati meski telah pensiun sekalipun.
Sekedar
info: kenapa saya memajang foto Jendral Purn Sutarman, karena saya rasa Beliau
memiliki perjalanan yang tidak mudah untuk menjadi polisi dan Beliau tidak
pernah menyangka kalau ia akan menjadi seorang Polisi bahkan Kapolri. Dan
menurut saya ia adalah Kapolri terbaik setelah Kapolri ke-5 Jendral Purn
Hoegeng Imam Santoso.
Dari perhitungan kasar di
atas, maka jumlah Perwira Tinggi yang aktif dalam POLRI tidak sampai 200 se-Indonesia.
Itu bahkan tidak sampai sejumlah kuota seangkatan Akpol yang 250an setiap
angkatan, makanya jika ada yang bisa pensiun dalam pangkat Pati, itu sudah
sangat hebat dan sulit.
Sejak
tanggal 1 Januari 2001, Urutan pangkat kepolisian RI telah diubah, mengikuti
dari surat keputusan Kapolri No. Pol: Skep/1259/X/2000, tertanggal 3 Oktober
2000. Dan berikut adalah urutan pangkat polisi yang sekarang ini di pakai di
NKRI dan juga perbandingan nama pangkat yang lama. Penamaan pangkat Polri yang
lama (sebelum 2001) sebenarnya sama seperti pangkat TNI AD yang masih digunakan
hingga sekarang.
Perbandingan
pangkat POLRI dulu dan sekarang
Pangkat
TNI hingga sekarang
Perbedaan Istilah Kepangkatan
antara TNI AD dengan TNI AL dan AU yaitu pada golongan Perwira Tinggi
(Jenderal) nya. Di Indonesia hanya pernah ada tiga Jendral besar (penghargaan
bintang lima) yang tercatat dalam sejarah yaitu Jendral Besar Soedirman,
Soeharto dan A.H. Nasution.
PENDIDIKAN PENGEMBANGAN
(DIKBANG)
Untuk mencapai tingkat Pati (Perwira Tinggi) seperti diatas pun tidak cukup
hanya sekolah sampai Akpol, SIPSS, Setukpa atau SAG Perwira saja. Masih banyak
pendidikan pengembangan yang harus ditempuh untuk karir pada level yang lebih
tinggi, yaitu:
a. Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) / PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian)
Pendidikan pengembangan bagi para Perwira Polisi yang telah
memenuhi syarat administrasi, kesehatan, jasmani, intelektual dan psikologi
guna menjalani pendidikan selama 2 tahun di Sekolah Tinggi
Ilmu Kepolisian (STIK) Jl. Tirtayasa No.6 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
dengan gelar kelulusan Sarjana Ilmu Kepolisian (S.IK)
b. Sekolah Staf dan Pimpinan Pertama (SESPIMMA)
Pendidikan pengembangan bagi para Perwira Polisi yang telah
memenuhi syarat administrasi, kesehatan, jasmani, intelektual dan psikologi
guna menjalani pendidikan selama 4 bulan di Sekolah Staf dan
Pimpinan Pertama (Sespimma) Jl. Ciputat Raya No. 40 Pondok Pinang, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan
c. Sekolah Staff dan Pimpinan Menengah (SESPIMMEN)/SESPIM
Pendidikan pengembangan bagi para Perwira Menengah Polri yang telah memenuhi
syarat administrasi, kesehatan, jasmani, intelektual dan psikologi guna
menjalani pendidikan selama 7 bulan di Sekolah Staf dan
Pimpinan Polri Jl. Maribaya Lembang , Bandung Jawa Barat.
d.Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (SESPIMTI) / SESPATI
Pendidikan pengembangan bagi para Perwira Menengah Polri
berpangkat Komisaris Besar (Kombes Pol) yang telah memenuhi
syarat administrasi, kesehatan, jasmani, intelektual dan psikologi guna
menjalani pendidikan selama 6 bulan di Sekolah Staf dan
Pimpinan Polri di Jl. Maribaya Lembang, Bandung Jawa Barat.
SESPIMTI atau SESPATI ini adalah semacam tiket awal untuk menuju
promosi Perwira Tinggi (Brigjen Pol). Tentu akan semakin susah
persaingan untuk menempuh sekolahnya, hanya boleh dua tahun (2 kali) mencoba
tes. Selain semua pendidikan pengembangan diatas, banyak Polisi yang juga
mengambil kuliah strata S1 sampai S2 untuk menunjang ilmu dan karirnya.
Walau telah melalui semua sekolah pengembangan yang ada di atas, tidak
otomatis segera menjadi Perwira Tinggi. Hanya saja, promosi ke Perwira Tinggi
selebihnya adalah masalah waktu dan kesempatan yang menentukan, serta tentunya
kinerja, rekam jejak karir dan prestasi.
*(Sayangnya
terkadang juga ada faktor politik kepentingan untuk pemilihan promosi pangkat Perwira Tinggi)
Intermezzo: Kasus Damai di
Tempat, Salah Penyuap atau yang Menerima Suap?
Mungkin ini salah satu yang cukup sering terjadi di masyarakat. Oknum
polisi yang korup, contohnya waktu menilang pelanggar lalu lintas. Saya telah
lama mengamati, dan jika kita lihat secara obyektif maka ada dua kemungkinan
bagi petugas polisi dan ada dua pilihan bagi pelanggar lalu lintas.
1. Contoh kasus Polisi yang menerima
suap (polisi korup)
P : Mas, karena tadi nerobos lampu dan tidak bawa surat-surat, jadi saya
akan kasih surat tilang,
A : Tunggu pak, saya ga sengaja, saya beneran minta maaf. Kalau damai ditempat
aja gimana pak, Saya ga bakal ngulangi lagi
P : Emang kamu ada uang berapa?
A : Adanya segini pak *keluarin uang 50 ribu*
P : #tergiur Ya sudah, lain kali jangan diulangi, sekarang kamu boleh
jalan lagi sana,
B : Kenapa kamu bro?
A : Sebel aku, kena tilang, habis 50 ribu. Sialan tuh polisinya!
2. Contoh kasus polisi yang tidak mau
nerima suap (polisi jujur)
P : Mas, karena tadi nerobos lampu dan tidak bawa surat-surat, jadi
saya akan kasih surat tilang,
A : Tunggu pak,saya beneran minta maaf, kalau ditilang saya gak bisa kalau ga
ada motor pak. Kalau damai ditempat saja gimana pak? *keluarin uang 50 ribu
P: Maaf mas, tolong jangan suap saya, peraturan ya peraturan, jadi tetap
saya tilang. Jadi ikutin aja prosedurnya. Motor mas akan ditahan dulu sementara
di kantor, terus minggu depan disidang di pengadilan dan bayar denda.
B : Kenapa kamu bro?
A : Kena tilang, surat-surat ditahan, sama mesti bayar denda ke bank. Sialan
tuh polisinya!
Kalo kata Raisa, itu polisi jadi "Serba Salah", nerima gak nerima
suap tetap kena maki dan dibenci. Udah kayak cowok di mata cewek aja. Serba
salah, ya namanya juga kaum minoritas, jumlahnya sedikit dibandingkan rakyat
sipil yang jauh lebih banyak. Mau gak mau ya argumen yang mayoritas yang
menang.
"Kita
hidup di jaman dimana kebenaran kadang dinilai dari suara mayoritas, bukan
realitas"-Haikal Ahmadi
Emang kasihan jadi minoritas, saya jadi teringat kata chairul anwar.
"Sudah ras nya minoritas, Agamanya minoritas pula. Keluarga suruh cari
jodoh yang sesuku. Pemerintah suruh cari yang seagama. Mau cari dimana??
Susah... " – Chairul Anwar
Penjelasan:
Kasus suap terjadi karena ada pihak yang menerima suap dan yang memberi suap.
Pelanggar yang memberi uang suap dan petugas yang menerima suap sama-sama
bersalah. Namun seringkali si pelanggar/penyuap tidak sadar kalau juga turut
berperan dalam perilaku korupsi. Kalau tidak percaya silakan unduh UU no 11
tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap dihttp://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4c333288ee481/node/22473
Jadi jelas bahwa baik yang memberi suap dan menerima suap sama saja dengan
"koruptor".
Dalam hal ini si pelanggar punya dua pilihan dalam benaknya:
1. Pilihan untuk menyuap agar damai di tempat biar gak ribet.
2, Pilihan untuk menolak tawaran damai ditempat/tidak mau menyuap tapi ikut
prosedur tilang: kendaraan dan surat-surat ditahan, disidang di pengadilan,
bayar denda tilang ke pemerintah, mungkin jauh lebih mahal dari menyuap petugas.
Tapi
sayangnya ternyata sifat orang Indonesia masih banyak yang malas dan gak suka
repot sehingga masih banyak sekali yang menyuap petugas agar bebas, namun
herannya habis itu tetap mengata-ngatai petugas tersebut korup. Lantas apa si
penyuap tidak termasuk korup? Ini tidak hanya terjadi di lembaga Polri. Suap,
korupsi dan pungli di institusi lain juga banyak sekali terjadi, seperti oknum
Pegawai Negeri lainnya yang memperlambat proses dan hanya mempercepat jika
dibayar, yang banyak bolos tidak masuk kerja setelah libur panjang, calo,
pejabat korupsi proyek yang dikurangi spesifikasi mutunya, mark up anggaran
dan segala kebobrokan orang Indonesia bedebah lainnya yang sampai hapal kita
temui sehari-hari.
Dan ini salah satu yang saya sangat sesalkan tentang sebagian besar orang
Indonesia, mentalnya peminta-minta bak pengemis sampai banyak sekali pungli
dimana-mana. Prosedur tidak ada yang singkat kawan, semua ada tahapnya. Sifat
malas kita inilah awal dari korupsi. Jadi jangan memberikan sepeser uangpun
untuk menyuap petugas agar kita lepas dari hukuman. Ingat nama dan pangkat
oknum petugas yang mencari kesempatan, laporkan. Yang lebih baiknya lagi adalah
dengan tidak melanggar, dengan begitu tidak akan ada kesempatan bagi aparat
nakal tersebut untuk korup.
Mari jauhi kebiasaan ini dan bantu budayakan masyarakat anti korupsi. Peran
masyarakat juga penting dalam menciptakan pemerintahan yang bersih. Be
Gentlemen bro! Kalau kita melanggar mari mengakui kesalahan dan mengikuti
prosedur yang berlaku. Ini satu langkah besar untuk membudayakan perilaku anti
korupsi. Percuma saja kita koar-koar ngaku anti korupsi, minta hukum koruptor
seberat-beratnya tapi kalau melanggar masih menyuap petugas.
"Intinya adalah selama masih ada praktik korupsi, kolusi dan nepotisme
dalam masyarakat kita, negara ini tidak akan pernah maju, bahkan akan semakin
tertinggal dan jauh dari sejahtera. Dan kita butuh banyak orang-orang dan
pemimpin hebat yang mau mendobrak kebobrokan seperti ini untuk membentuk
pemerintahan yang baik dan bersih, semoga itu ada dalam diri kita semua"
Dan berikut adalah alasan yang sering
bahkan basi saat di tilang polisi
1. Buru buru
P: Kenapa kamu terobos Jalur Busway ?
A: Aduh pak saya lagi buru buru ke kantor..mohon bantuannya Pak ?
P: Oke, saya bantu dengan surat tilang.
2.
Mengikuti orang lain
P: Kenapa kamu terobos Jalur Busway ?
A: Saya ikut ikutan saja Pak.
P: Yaudah kalau gitu kamu ikut saya ke pos.
"Aku menantikan masa dimana masyarakat mematuhi peraturan bukan karena
takut dengan sanksi, tapi karena kesadaran diri sendiri" – Yoga
Masyhuda
Sebelum
menutup tulisan saya kali ini, dan seperti yang saya katakan tadi, profesi
polisi adalah manusia juga, seperti aku, kamu dan mereka, yang tak
sempurna. Mungkin masih banyak kekurangan dari para Polisi. Ada yang pro
dan kontra itu wajar. Bagi yang kontra silakan membenci dengan cara yang
positif. Bencilah para polisi dengan ajak semua orang di dunia dan dirimu
sendiri berbuat baik, sehingga tidak ada lagi kejahatan, kriminal, kemacetan,
pelanggaran, kecelakaan lalu lintas, demonstrasi, kerusuhan supporter bola,
penculikan, pembunuhan, narkoba, terorisme, radikalisme, korupsi, dan
kasus-kasus lainnya di muka bumi ini yang tak cukup saya tulis dalam waktu
sehari. Disaat dunia aman tenteram seperti itu maka rasanya dunia sudah tidak
memerlukan lagi profesi Polisi ataupun tentara. Sesimpel itukah? Ternyata tidak.
Q: Kenapa di media sering sekali ada berita oknum penegak hukum yang
terlibat kasus?
Satu kasus oknum polisi yang diberitakan/diexpose media saja sudah
sangat merusak citra anggota lainnya, disaat banyak anggota berprestasi lainnya
yang luput diexpose media. Ya memang begitulah media. Begitu pula
masyarakat kita, opini dan pengetahuan kita sehari-hari memang banyak
dipengaruhi oleh media. Disaat mereka mati dalam tugas, seringkali luput atau
jarang diliput. Hal ini sudah biasa karena berita seperti itu memang tidak
terlalu menjual. Mereka bukanlah publik figur, artis, komedian ataupun
selebriti yang jika mati akan diliput secara masiv oleh media dalam jangka
panjang karena memang berita seperti itulah yang menjual dan ditunggu-tunggu
oleh konsumen stasiun TV yang mayoritas masih awam. Apalagi industri media di
negara kita mayoritas dikuasai pihak swasta yang tentunya berorientasi profit
(laba) dan rating dengan mayoritas pemiliknyapun adalah petinggi partai
politik, sehingga netralitas keberpihakan pemberitaannya pun masih
dipertanyakan. Intinya, oknum memang ada dan wajar saja jika diliput media,
namun jangan lupakan juga bahwa masih banyak juga di luar sana para petugas
yang baik dan bekerja keras sepenuh hati menjadi pengayom masyarakat. Ya, kita
manusia memang makhluk yang sangat mudah mengingat keburukan orang, dan sangat
susah mengingat kebaikan orang.
Dan, semua pendidikan termasuk polisi pasti mengajarkan kebaikan, namun kembali
setelah keluar dari pendidikan, tidak menjamin watak tiap individu itu berubah
dan berlaku sesuai yang diajarkan di pendidikan. Bahkan semua kitab suci pun
mengajarkan/mengingatkan kebaikan, namun kembali ia tidak dapat mengubah watak
suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mau berubah. Jangan salahkan
profesinya, profesinya tidak salah, tapi siapa ia sebagai individunya lah yang
bersalah sehingga di sebut oknum.
Q: Kalau soal gaji polisi, bagaimana mas?
Saya tidak akan banyak bicara masalah gaji, sebab masuk polisi itu PENGABDIAN. Saran saya, kalau mau masuk
polisi hanya karena berorientasi pada gaji besar, lebih baik batalkan niat
rekan-rekan. Gajinya tidak seberapa dibanding risiko disaat bertugas, mulai
dari risiko kecil hingga nyawa. Kalau beruntung dapat jabatan strategis
tertentu, tunjangannya sih Alhamdulillah lumayan, dan bisa punya tabungan
lebih. Tapi itu hanya segelintir perwira menengah atau perwira tinggi saja yang
bisa punya cukup tabungan dari tunjangan jabatan strategis yang pernah mereka
jabat. Toh, setelah punya cukup tabungan dari jabatan strategis, banyak dari
perwira polisi tersebut yang nyambi buka usaha juga untuk menambah
penghasilannya koq. Karena jujur saja, dapat jabatan bagus gak selamanya, dan
kalau sudah tidak dapat jabatan strategis, penghasilan dari bisnislah yang
membantu dan malah sering lebih besar dari gaji polisinya. Jadi jika kalian
melihat banyak polisi kaya, jangan berpikir dulu bahwa itu dari hasil korup,
mungkin ia mempunyai bisnis sampingan yang penghasilannya lebih besar dari
gajinya menjadi polisi. Selain itu, mereka juga siap tidak libur ketika hari
raya tiba, siap dinas jauh dari keluarganya, jatah cuti cuma 7 hari saja
pertahun, gaji pokok polisi sekitar 3-5 juta perbulan dan masih banyak suka
duka lainnya. Kalau fokus mau berpenghasilan besar sih, saran saya lebih nyaman
berwirausaha/pengusaha. Mengabdi memang mengabdi, tapi kesejahteraan juga hak
bagi semua pegawai negeri/abdi negara. Untuk pekerjaan yang risikonya begitu,
alangkah bijaknya Negara jika semakin memperhatikan kesejahteraan para
pegawainya, seperti di negara-negara lain yang maju dan sejahtera.
Kata kuncinya untuk menjadi polisi sekali lagi adalah PENGABDIAN. Kalau ada yang mau beri komentar masalah polisi
gendut, mohon renungkan kembali, apakah semua polisi seperti itu? Semua polisi
gendut dulunya pasti pernah berpostur ideal ketika pendidikan, hingga faktor
umur dan pola makan berbicara. Pernah lihat polisi lagi jaga di pinggir jalan
yang penuh debu dan polusi dari kenalpot kendaraan kita dengan warna celananya
yang telah memudar seperti celana pramuka? Sekali lagi mohon diingat bahwa
kasus-kasus negatif yang menjadi hot topik media hanyalah oknum. Masih banyak
polisi yang hidupnya pas-pasan, berasal dari keluarga yang berlatar belakang
ekonomi menengah ke bawah, namun mereka masih bertahan menjalankan tugas dan
patroli saat kalian termasuk saya tertidur pulas atau ketika kita sedang
berlibur ke rumah nenek saat Lebaran tiba. :)
Demikianlah cerita
singkat saya tentang kepangkatan dalam Kepolisian Republik Indonesia, semoga
bermanfaat dan menambah pengetahuan teman-teman sekalian. Ataupun ada yang jadi
berminat masuk polisi setelah membaca ini, Alhamdulillah... selama itu
keinginan sendiri, cobalah.
"Yakinlah
kau lebih dari yang kau bayangkan, karena tiap waktu yang kau lalui adalah
takdir yang kau pilih" – Jendral Purn Sutarman
Tapi coba bayangin deh, misal berandai-andai sehari saja tidak ada polisi.
Sehari itu saja dihilangkan satu profesi yang disebut polisi, masih beranikah
kita beraktifitas diluar rumah? Jangankan sehari, misal membayangkan sejam saja
andai tidak ada tentara atau polisi, berdiam di dalam rumah pun rasanya
kepikiran ancaman incaran maling. Warga sipil pun akan mulai muncul sisi sifat
buruknya satu sama lain.
Namun polisi, meski saat tidak dibutuhkan mereka kadang tidak dihargai, namun
saat diperlukan mereka selalu tetap siap untuk bekerja dan melindungi. Dan
polisi kian waktu akan semakin memperbaiki diri, yang diharapkan diikuti oleh
perbaikan masyarakat juga. Serta, selalu beri saran dan masukan untuk Polri
maupun TNI agar lebih baik lagi kedepannya, semoga semakin berkurang
oknum-oknum anggota yang berbuat tidak sepantasnya, kalau perlu sampai tidak
ada lagi, amin. Dan kejahatan itu sendiri adalah produk dari masyarakat, mari
menjadi tanggung jawab bersama dalam membuat keamanan di lingkungan kita.
"Beribu-ribu kinerja polisi tak akan indah di mata masyarakat, namun
satu kesalahan polisi akan menjadi hinaan yang luar biasa" - Anonymous
"Berdoa yang terbaik saja. Apa ada manusia yang sempurna? Yang suka
mencela banyak" - Anonymous
"Manusia itu, selalu melupakan hal baik, namun selalu mengingat-ingat
hal buruk. Walaupun sedikit" - Anonymous
"Orang bodoh tidak belajar dari kesalahan, orang biasa belajar dari
kesalahan, orang yang luar biasa belajar dari kesalahan orang lain" - Anonymous
Namun saya sadar, hidup akan selalu berdampingan sesuai skenario Tuhan. Ada
contoh baik dan ada contoh buruk sebagai pembelajaran. Jangankan profesi
polisi, Rasul sekalipun pernah dibenci banyak orang yang sampai ingin sekali
membunuh-Nya. Dan contoh buruk oknum akan selalu menjadi evaluasi dan motivasi
bagi polisi-polisi yang baik lainnya untuk tetap tulus bekerja demi menutupi
citra buruk akibat oknum rekan sejawat mereka yang digeneralisir kepada semua
Polisi lainnya.
Dan yang
terakhir.. Polisi terbaik sekaligus ayah nomor satu di dunia bagi saya..
Seorang anak kelahiran 1967 asal Ambon yang bernama Noho Luhulima beliau memang
lahir dari keluarga polisi.
Seorang pemuda yang pada waktu itu menunggu dan berlatih selama dua tahun untuk
bisa menembus ketatnya persaingan seleksi Polri yang dicita-citakannya.
Seorang polisi dan seorang ayah yang selalu mendidik anak anaknya dengan
disiplin, tegas, tidak mudah putus asa dan pesannya untuk selalu bekerja dengan
doa.
Semoga sukses selalu dalam karir dan pekerjaan Yah..
"Percayalah,
kesuksesan tak akan pernah mengkhianati proses"- Jendral Purn Sutarman
"Bukan
karena dia lebih beruntung, hanya saja kita yang tak tahu bagaimana
perjuangannya"-Chairul Anwar
Dan
terimakasih sebesar-besarnya atas hinaan dan remehan dari orang-orang sekitar
yang malah memotivasi ayah saya. Kalau tidak menjadi perwira polisi seperti
sekarang ini, mungkin saya tidak akan pernah lahir di dunia ini. Maha Besar
Allah menciptakan semua kejadian dan cobaan pada kita dengan segala hikmah
dibaliknya.
"You
Will Never Do That!" The five most motivating words in the world.- Haikal
Ahmadi
"Jadi
anggota polisi dimana pun memang akan selalu ada yang tidak suka, karena memang
tugasnya adalah mengekang kebebasan masyarakat. Orang lagi balap liar dilarang,
lagi asik narkoba, mabok, sama judi ditangkap, ketahuan melanggar ditilang dan
lainnya. Jadi anggota polisi yang dicintai masyarakat itu sulit, tidak
dibenci saja sudah Alhamdulillah. Itulah suka dukanya." - Nasihat bapak
Harapan
saya semoga masyarakat kita jadi masyarakat yang lebih cerdas, lebih bisa
memberi solusi, saran/masukan ketimbang jadi masyarakat yang hanya bisa
berkomentar buruk atau mencaci saja. Itu pun hanya beraninya sebatas di dunia
maya/sosial media.
Kalau SDM
Indonesia mau menyaingi negara maju di masa persaingan kerja dan ekonomi antar
negara yang makin bebas dan sulit ini, dengan SDM yang masih seperti ini terus,
menunggu budaya masyarakat Indonesia tertib sampai kiamat sekali pun rasanya
susah, kecuali mulai dari sekarang dan dari diri sendiri.
Masyarakat
kita memiliki hubungan yang "kadang cinta, kadang benci" dengan
aparat keamanan seperti Polisi. Seperti saat kejadian di Sarinah belum lama
ini, setelah kejadian itu tiba tiba
masyarakat menjadi suka dan cinta terhadap polisi. Ada sisi dimana masyarakat
menghormatinya, dan tidak sedikit yang berjuang mati-matian untuk menjadi
Polisi. Namun ada kalanya "oknum petugas nakal" membuat profesi ini
dianggap sebelah mata. Memang kebanyakan Polisi yang baik justru tidak muncul
langsung dihadapan masyarakat (dibalik layar) dan kebanyakan yang diexpose
media justru kesalahan anggota yang tidak patut dicontoh. Saya juga
berpendapat demikian, saya pernah melihat anggota nakal namun saya jauh lebih
banyak mengenal polisi yang hebat dan baik ketimbang anggota yang nakal.
Mungkin karena lingkungan keluarga saya yang sering bertemu mengamati orang di
profesi ini.
catatan tambahan:
Info yang
ada di postingan saya kali ini pun adalah gabungan dari beberapa sumber di
dunia maya dan beberapa yang saya ketahui secara pengalaman mengamati.
Sebelumnya
dari postingan saya kali ini mohon diambil positifnya dan dibuang negatifnya.
Terima
kasih, dan semoga bermanfaat menambah pengetahuan teman-teman sekalian. Mohon
maaf apabila ada kekurangan..
Salam Hormat
Penulis
(yang tak lebih baik dari kalian semua)
Diposting
oleh saya Muhammad Yoga Masyhuda Luhulima