Senin, 29 Februari 2016

Sebuah Trilogi : Kisah Seorang Polisi Yang Menilang Sahabat Karibnya


Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jono segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat, sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lengang. Lampu berganti kuning. Hati Jono berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala.Jono bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Prit!

Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jono menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing.
Hey, itu khan Bobi, teman mainnya semasa SMA dulu.

Hati Jono agak lega.
Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.
“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”
“Hai, Jon.” Tanpa senyum.
“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru.
Istri saya sedang menunggu di rumah.”
“Oh ya?”

Tampaknya Bobi agak ragu. Nah, bagus kalau begitu.

“Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”
“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”

Oooo, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jono harus ganti strategi.

“Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.”

Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.

“Ayo dong Jon. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM-mu.”

Dengan ketus Jono menyerahkan SIM, lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bobi menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bobi mengetuk kaca jendela.

Jono memandangi wajah Bobi dengan penuh kecewa.Dibukanya kaca jendela itu sedikit.
Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bobi kembali ke posnya. Jono mengambil surat tilang yang diselipkan Bobi di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Jono membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bobi.

“Halo Jono, Tahukah kamu Jon, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jon. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah. (Salam, Bobi)”.

Jono terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bobi. Namun, Bobi sudah meninggalkan pos jaganya entah ke mana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak menentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan… ….

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.


Maaf kalau Repost, sumber dari kaskus

Minggu, 28 Februari 2016

CERITA DAN TANDA PANGKAT KEPOLISIAN





Kali ini saya tuliskan seri pengetahuan umum seputar kepolisian republik Indonesia atau disingkat POLRI. Secara umum cuma pengen berbagi pengetahuan aja, tapi secara khusus saya perlu tahu soal ini karena dari pekerjaan inilah Ayah saya bisa menghidupi saya dan seluruh keluarga. Karena itulah saya agak sedikit mengerti tentang pengetahuan pangkat kepolisian. Memang mungkin masih banyak kekurangan dari POLRI, tapi saya lebih tidak bisa bayangkan apa jadinya suatu negara kalau tanpa polisi maupun TNI. Saya lebih senang membayangkan apa jadinya suatu negara kalau tanpa koruptor, pasti sejahtera sekali. Tapi, penting juga lho buat kalian tau kepangkatan Polri, kalo nonton berita kriminal di TV jadi tau pangkat polisinya, kalo ditilang di jalan tau pangkatnya, dan juga siapa tau yang mau dapat jodoh polisi, harus tau juga dong tentang pangkat-pangkatnya biar bisa memilah dan memilih..


Sedikit Intermezzo tentang sejarah dan pengetahuan umumnya, dulu sebelum TNI dan POLRI dipisah, namanya masih ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) yang dihasilkan dari pendidikan AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Lalu pada 1 April 1999 secara resmi diadakan upacara pemisahan Polri dari ABRI yang direalisasikan oleh Presiden B.J. Habibie. Pemisahan ini dilakukan pasca jatuhnya pemerintahan orde Baru Soeharto yang menimbulkan banyak tuntutan agar Polri dipisahkan dari ABRI dengan harapan Polri menjadi lembaga yang professional dan mandiri, jauh dari intervensi pihak lain dalam penegakan hukum.

AKABRI adalah Integrasi dari empat matra, yaitu Akademi Angkatan Darat (AAD) / AKMIL di Magelang, Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya, Akademi Angkatan Udara (AAU) di Yogyakarta  dan Akademi Kepolisian (AKPOL) di Semarang. Sejak 1 April 1999, Akpol memisahkan diri dari AKABRI dan sejak itu juga AKABRI berganti nama jadi Akademi TNI yang terdiri dari tiga matra : AAD, AAL, dan AAU.

Dalam kepolisian sendiri, ada tiga golongan kepangkatan, mulai dari yang terendah yaitu Tamtama, Bintara dan kemudian Perwira. Untuk Tamtama memang jarang sekali kita jumpai dan memang tidak di tengah masyarakat langsung jika bertugas, biasanya prajurit brimob atau polair. Kepangkatan yang paling sering kita jumpai sehari-hari, dibagi dalam dua golongan besar, yaitu Bintara dan Perwira. Ciri khasnya bisa dibedakan dari warna lambang pangkatnya. Bintara berwarna perak, sedangkan perwira berwarna emas. Dari warnanya, jelas sekali bahwa pangkat perwira lebih tinggi dari bintara, begitu juga dengan tingkat kesulitan seleksi dan pendidikannya. Sekolah Calon Bintara lebih banyak menerima siswa, pendidikannya adalah SECABA (Sekolah Calon Bintara)bertempat di SPN (Sekolah Polisi Negara) dan masa pendidikan 7 bulan saja, kemudian langsung siap penempatan kerja. SPN sendiri ada di banyak daerah, biasanya tiap provinsi memiliki satu SPN. Sedangkan untuk bisa menjadi perwira, hanya satu Akademi Kepolisian di Indonesia yang menghasilkannya, yaitu AKPOL di Semarang yang itu pun hanya menerima sekitar 300an orang dari seluruh Indonesia setiap tahunnya, dengan pendidikan selama hampir 4 tahun dan  para siswanya lebih dikenal dengan sebutan Taruna dan Taruni. Dari perbedaan tingkat pendidikannya inilah maka lulusan Akpol langsung mendapat pangkat golongan Perwira.

Selain AKPOL, ada juga pendidikan untuk menjadi perwira, yaitu SAG Perwira (Sekolah Alih Golongan Perwira), sekolah bagi Bintara senior (Aipda / Aiptu) yang ingin melanjutkan mencapai jenjang perwira. Dan ada juga SIPSS (Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana) pendidikan pembentukan perwira di SETUKPA Sukabumi selama 6 bulan bagi para lulusan S1 dengan output lulusan berpangkat Ipda. Namun penerimaan SIPSS tidak selalu pasti ada, dan tergantung bidang ilmu S1 tertentu yang dibutuhkan.

Perbedaan utama antara pangkat Bintara dan Perwira adalah pada segi tugasnya. Pangkat Bintara adalah pelaksana utama di lapangan, sedangkan Perwira lebih bersifat managerial seperti dalam hal perencanaan, strategi, pengendalian serta pengambilan keputusan. Jadi kalau teman-teman sering lihat Polantas yang sering bertugas di pos pinggir jalan itu adalah golongan Bintara, tapi kadang ada juga Perwira yang turun ke lapangan untuk membantu dan mengawasi tapi saat tertentu saja sebagai koordinator lapangan. Kalau kalian pernah melihat petugas yang menjaring pelanggar lalu lintas dan memberi tilang, mayoritas ditangani para Bintara/Brigadir, bukan Tamtama ataupun Perwira.

Unsur pelaksana, divisi, direktorat, biro dan bidang di kepolisian sendiri ada banyak, dan punya tugas masing-masing. Jadi polisi punya banyak posisi tugas masing-masing. Ada:

Intelkam


Intelkam bertugas menyelenggarakan / membina fungsi Intelejen bidang Keamanan, termasuk persandian, dan pemberi pelayanan dalam bentuk Surat izin / Keterangan yang menyangkut Orang Asing, Senjata Api & Bahan Peledak, kegiatan social / Politik masyarakat dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) kepada warga masyarakat yang membutuhkan serta melakukan pengawasan / pengamanan dan pelaksanaannya.


Reskrim

RESKRIM bertugas membina Fungsi dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dalam rangka penegakan hukum, koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidikan PPNS sesuai ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.

Reskrimsus
Reskrimsus adalah Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penyelidikan / penyidikan tindak pidana umum dan tertentu , dengan memberikan pelayanan / perlindungan khusus kepada korban / pelaku remaja , anak dan wanita, dalam rangka penegakan hukum sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
Penyelenggaraan fungsi Identifikasi baik untuk kepentingan penyidikan maupun pelayan umum.
Penyelenggaraan pembinaan teknis dan koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidak PPN.

ResNarkoba


Resnarkoba bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan narkoba, termasuk penyuluhan dan pembinaan dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba.

Brimob
Brimob berfungsi sebagai oprasional kepolisian merupakan salah satu unsur pelaksana utama polri yang bertugas membina kemampuan dan mengerahkan kekuatan brimob dalam menanggulangi gangguan keamanan dalam negeri berintensitas tinggi seperti kerusuhan massa, kejahatan terorganisir senjata api, bahan peledak, penanganan senjata kimia, biologi dan radioaktif, serta pelaksanaan SAR.

Lalu Lintas
Lantas bertugas Memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan Fungsi tehnis Lalu Lintas dan Menyelenggarakan administrasi registrasi / identifikasi kendaraan bermotor.

Biro Operasi
Tugas Biro ops bertugas merencanakan dan mengendalikan administrasi operasi kepolisian, pengamanan kegiatan masyarakat dan/atau instansi pemerintah, menyajikan informasi dan dokumentas serta mengendalikan pengamanan markas.


Densus 88 khusus terorisme,
Densus 88 AT atau Datasemen Khusus 88 Anti Teror merupakan pasukan elit Polri yang bertugas menanggulangi terorisme dan penegak hukum domestik indonesia. Dianggotai kurang lebih 400 personil, Densus 88 terdiri dari para ahli investigasi, tim GEGANA dan penembak jitu diharapkan mampu meredam terorisme yang kian marak menghantui kehidupan di Indonesa sehingga melunturkan kepercayaan dunia luar terhadap keamanan dan stabilitas negara.

Propam
Tugas Propam melaksanakan pembinaan dan pemeliharaan disiplin, pengamanan internal, pelayanan pengaduan masyarakat yang diduga dilakukan oleh anggota Polri dan/atau PNS Polri, melaksanakan sidang disiplin dan/atau kode etik profesi Polri, serta rehabilitasi personel.

Binmas
Binmas bertugas melaksanakan pembinaan masyarakat meliputi kegiatan pemberdayaan Polmas, ketertiban masyarakat dan kegiatan koordinasi dengan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa, serta kegiatan kerja sama dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

Sabhara
Fungsi Sabhara merupakan sebagian fungsi Kepolisian yang bersifat preventif yang merupakan keahlian dan keterampilan khusus yang telah dikembangkan lagi mengingat masing-masing tugas yang tergabung dalam fungsi Samapta perlu menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan masyarakat. 

Perumusan dan Pengembangan Fungsi Samapta meliputi Pelaksanaan tugas Polisi Umum, menyangkut segala upaya pekerjaan dan kegiatan Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, Patroli, Pengamanan terhadap Hak Penyampaian Pendapat dimuka umum (PPDU). Pembinaan Polisi Pariwisata, Pembinaan Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP), SAR Terbatas, TPTKP, TIPIRING, dan PERDA, Pengendalian Massa (Dalmas), Negoisasi, Pengamanan terhadap proyek vital/ Obyek vital dan Pemberdayaan Masyarakat, Pembinaan Bantuaan Satwa untuk kepentingan Perlidungan, Pengayoman, Pertolongan dan Penertiban Masyarakat.

Polair
Polair bertugas menyelenggarakan fungsi kepolisian perairan, yang meliputi patroli perairan, penegakan hukum diperairan, pembinaan masyarakat pantai dan perairan lainnya, serta pencarian dan penyelamatan kecelakaan di perairan (SAR).

Tahti
Tugas Tahti bertugas menyelenggarakan perawatan tahanan meliputi pelayanan kesehatan tahanan, pembinaan tahanan serta menerima, menyimpan, dan mengamankan barang bukti beserta administrasinya di lingkungan Polres, melaporkan jumlah dan kondisi tahanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Masih banyak lagi tugas polisi seperti:

Divisi Hukum
Div Propam
Div Humas
Div Hubinter
Div TI (Teknologi Informasi)
Spripim
Kasetum
Kayanma
Staf Ahli

Direktorat Reserse Kriminal
Dir Reskrimsus
Dir Reserse Narkoba
Dir Intelkam
Dir Lantas
Dir Binmas
Dir Sabhara
Dir Pamobvit
Dir Polair
Dir Tahti dll.

Biro Operasi

Biro SDM (Sumber Daya Manusia)
Biro Sarpras (dulu Logistik)
Bidang Keuangan
Bid Propam (Profesi dan Pengamanan)
Bid Hukum
Bid Humas (Hubungan Masyarakat)
Bid Dokkes (Kedokteran Kesehatan)



Yang paling sering kalian lihat mungkin cuma dari Korps Lalu Lintas yang sering kalian lihat di jalan. Tugas polantas itu sebenarnya berat karena lalu lintas menjadi penyumbang terbanyak korban jiwa. Jadi jangan cuma bisa marah-marah jika kalian ditilang karena gak pake helm, melanggar atau gak taat aturan karena itu demi keselamatan kita juga.
Polantas udah biasa ngelihat ceceran mayat dan isi-isi perutnya korban kecelakaan yang sekedar bisa nyetir doang tanpa tahu aturan. Kalau kalian teliti mengamati, bedanya polantas adalah topinya berwarna putih. Jadi, polisi itu gak cuma polisi lalu lintas doang, ada banyak unsur pelaksana polisi lain yang tugasnya berbeda.

MARKAS POLISI
Untuk markasnya sendiri dibagi dalam regional wilayah cakupannya dan kepadatan penduduknya:

1. POLSEK/POLSEKTA (Kepolisian Sektor)



Adalah markas di tingkat Kecamatan, biasanya dipimpin oleh AKP untuk kecamatan tipe rural (POLSEK) atau KOMPOL untuk kecamatan tipe urban/kecamatan pusat kabupaten atau kecamatan besar (POLSEKTA). Untuk wilayah Metro Jakarta Raya, biasanya Kapolseknya seorang KOMPOL bahkan mungkin saja AKBP. Ada juga beberapa kecamatan kecil di Indonesia yang berpenduduk sedikit yang dipimpin oleh Kapolsek dengan pangkat IPTU bahkan IPDA seperti di beberapa kecamatan di Papua atau kepulauan Nusa Tenggara. Di beberapa daerah terpencil atau perbatasan ada pula pos-pos polisi yang merupakan perpanjangan tangan dari Kepolisian Sektor.

2. POLRES (Kepolisian Resort)



Adalah markas di tingkat Kabupaten, biasanya dipimpin oleh AKBP

3. POLRESTA / POLRESTABES (Kepolisian Resort Kota/ Kota Besar)




Dulu disebut POLWIL. Adalah markas di tingkat Kotamadya/Ibu kota Provinsi, biasanya dipimpin oleh AKBP / KOMBES POL

4. POLDA (Kepolisian Daerah)





Adalah markas di tingkat Provinsi, biasa dipimpin BRIGJEN POL (Bintang 1) untuk provinsi tipe B dan IRJEN POL (Bintang 2) untuk provinsi besar tipe A yang padat penduduk/rawan konflik atau A+ khusus (Metro Jaya). 

5. MABES POLRI (Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia)




Yaitu markas utama POLRI yang berada di DKI Jakarta, dan dipimpin oleh seorang JENDERAL Polisi (Bintang 4) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI.

Dahulu ada Markas Polwil (Polisi Wilayah) yang merupakan kawasan yang pada masa kolonial merupakan Karesidenan. Karena wilayah seperti ini umumnya hanya ada di pulau Jawa, dan diluar Jawa tidak dikenal adanya satuan Polwil kecuali untuk wilayah perkotaan seperti ibukota provinsi seperti misalnya Polwiltabes Makassar di Sulsel, maka mulai awal 2010 seluruh Kepolisian Wilayah (Polwil) dihapus.


Nah sekarang masuk ke kepangkatannya:

Untuk golongan Tamtama jumlahnya tidak sebanyak Bintara. Tamtama sering berada di satuan Brimob atau Polair. Untuk Bintara jumlah personelnya paling banyak dan sering kita jumpai sehari-hari, serta penempatannya bersifat lokal tidak jauh-jauh, di provinsi dimana dia mendaftar SPN. Dan untuk golongan Perwira jumlahnya sedikit, serta penempatan dinasnya bisa luas di seluruh Indonesia dengan periode perpindahan penempatan dinas (mutasi) yang singkat, dan rata-rata menjabat posisi strategis pengambil keputusan/pimpinan, seperti kepala unit (Kanit), kepala satuan (Kasat), kepala bagian (Kabag), kepala bidang (Kabid), kepala biro (Karo), direktur (Dir), kepala divisi (Kadiv), Wakil kepala (Waka), kepala polisi (Kapol) dll.

TAMTAMA



Dari terendah

BHARADA : Bhayangkara Dua

BHARATU : Bhayangkara Satu

BHARAKA : Bhayangkara Kepala

ABRIPDA : Ajun Brigadir Polisi Dua

ABRIPTU : Ajun Brigadir Polisi Satu

ABRIP : AJun Brigadir Polisi




BINTARA

 BRIPDA : Brigadir Polisi Dua


Pangkat diatas adalah pangkat terendah di golongan bintara.





 BRIPTU: Brigadir Polisi Satu



Kalau yang ini aaasudahlahhh



BRIGPOL: Brigadir Polisi


No coment dah.



 BRIPKA: Brigadir Polisi Kepala






BINTARA TINGGI

 AIPDA: Ajun Inspektur Polisi Dua






AIPTU: Ajun Inspektur Polisi Satu



Aiptu adalah pangkat tertinggi di golongan bintara


PERWIRA

Nah selanjutnya golongan pangkat Perwira:

Untuk golongan Bintara yang  memenuhi syarat untuk melanjutkan SAG (Sekolah Alih Golongan) Perwira, Setukpa, ataupun Lulusan S1 yang menempuh SIPSS bisa lanjut karir naik ke golongan Perwira.

Untuk lulusan Akpol, pangkatnya langsung dimulai dari sini (Perwira Pertama):
  

PERWIRA PERTAMA (PAMA)

 IPDA: Inspektur Polisi Dua


Foto diatas adalah ipda syabillah, sekarang ia berdinas di korlantas polri.

 IPTU: Inspektur Polisi Satu


Dari pada saya pajang foto ayah saya, kayanya foto iptu dhayita lebih menarik. Diatas adalah iptu dhayita daneswari, iptu dhayita adalah kapolsek termuda di Indonesia.. lulusan akpol 2012 ini sekarang berdinas di polsek Candisari Semarang.





 AKP: Ajun Komisaris Polisi



AKP Supyan Hadi Kasat Lantas Polres Lombok Timur



PERWIRA MENENGAH (PAMEN)

 KOMPOL: Komisaris Polisi



Kompol Yuniar Ari Darmawan SIK  Wakapolres Indragiri Hilir


 AKBP: Ajun Komisaris Besar Polisi


AKBP Aries Syahbudin mantan Kapolres Lumajang


 KOMBES POL: Komisaris Besar Polisi


Kombes Pol Khrisna murti,, pasti pada tau bapak polisi yang satu ini. Belakangan ini kombes khrisna sangat disibukan dengan kasus kasus kriminal, ia kini menjabat sebagai Dir reskrimum (Direktur Reserse Kriminal Umum) Polda Metro Jaya sebelumnya ia menjabat sebagai Divhubinter Polri, Kombes khrisna kini berusia 46 tahun, seumuran dengan ayah saya tapi pangkatnya beda jauh dengan ayah saya, maklum ayah saya lulusan bintara jadi sekarang berpangkat iptu.
Kombes Khrisna adalah lulusan akpol tahun 91, ia sempat membuat masyarakat bangga karena aksinya meringkus teroris di sarinah. Ini dia fotonya:




PERWIRA TINGGI (PATI)

Sekarang masuk ke jajaran Jenderalnya, mulai dari Bintang 1 sampai Bintang 4. Jajaran pangkat ini bisa dikatakan golongan "Pangkat Jenderal", jumlahnya di Indonesia sedikit sekali dan setidaknya menduduki jabatan Wakapolda, Kapolda atau posisi strategis pejabat utama di Mabes Polri. Paling banyak berkantor di Mabes Polri. Yah, di Mabes Polri emang banyak Jenderalnya, bertabur bintang hehe.

BRIGJEN POL: Brigadir Jenderal Polisi




Beliau adalah Brigjen Pol Paulus waterpauw, ia adalah Kapolda Papua. Brigjen Paulus adalah lulusan akpol tahun 87.



IRJEN POL: Inspektur Jendral





Foto Jenderal Bintang Dua diatas adalah foto pak Tito Karnavian. Kapolda Metro jaya yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan ini adalah salah satu Polisi berprestasi yang memiliki kenaikan pangkat yang luar biasa. Bisa dilihat, beliau sudah mencapai IRJEN meskipun terbilang masih muda untuk ukuran Jenderal bintang dua. Beliau lulusan Akpol tahun 87. Prestasi terbaik beliau adalah menangkap putra mantan Presiden Soeharto, Tommy Soeharto dalam kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiudin Kartasasmita (2001) dan memimpin Densus 88 dalam pembongkaran jaringan teroris Dr. Azhari (Batu, Jatim, November 2005) dan penyergapan jaringan teroris Noordin M. Top (Solo, September 2009). Tidak heran ayah saya menyebut beliau sebagai salah satu Polisi terbaik saat ini. Dan menurut saya beliau punya kemungkinan yang besar jadi calon Kapolri suatu saat nanti, secara obyektif, (entahlah kalau secara politik).

Sekedar info, Beliau mendapat gelar Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akpol) dan selepas lulus SMA, beliau lolos seleksi di 4 perguruan tinggi sekaligus. Mulai dari lolos AKABRI, Kedokteran Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang, Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja, hingga Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Empat-empatnya lulus seleksi, namun hati beliau memilih ABRI dan menjadi seorang polisi hebat seperti sekarang ini. Sungguh luar biasa, rasanya kita bisa banyak belajar dari alumnus terbaik Akpol Leting 87 ini.

Jumlah Irjen Pol yang aktif di Indonesia yang saya tahu hanya ada 30an orang se-Indonesia. Hanya Kapolda di Provinsi besar/rawan dan hampir semua sisanya berdinas di Mabes Polri.


Markas Polda besar/rawan dengan Kapolda bintang dua yang saya tahu:
1. Metro Jaya (JADETABEK)
2. Jawa Barat
3. Jawa Tengah
4. Jawa Timur
5. Bali
6. NAD
7. Sumatera Utara
8. Sumatera Selatan
9. Kalimantan Timur dan Utara (pemekaran provinsi baru, maka masih satu Polda)
10. Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar, masih terhitung pemekaran baru)
11. Papua (Dulunya satu dengan prov.Papua Barat, sekarang Papua Barat sudah punya Polda sendiri dipimpin Brigjen Pol)

KOMJEN POL: Komisaris Jenderal Polisi





Foto diatas adalah Komjen Pol Budi Waseso, ia kini menjabat sebagai Kepala BNN (Badan Narkotika Nasional). Ia lulusan akpol tahun 84.
Jumlah Jenderal Bintang 3 yang aktif di POLRI biasanya kurang dari sepuluh orang.

Yang saya tahu pernah ada 7 jabatan saja yang dihuni Komjen Pol:
1. Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (WAKAPOLRI)
2. Inspektorat Pengawasan Umum Mabes POLRI (ITWASUM)
3. Kepala Badan Intelijen Keamanan Mabes POLRI (KABAINTELKAM)
4. Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Mabes POLRI (KABAHARKAM)
5. Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes POLRI (KABARESKRIM)
6. Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian (KALEMDIKPOL)
7. Kepala Badan Narkotika Nasional (Kepala BNN)
JENDERAL POLISI



Pangkat yang hanya dimiiki oleh/pernah menjabat Kapolri
atau istilah lainnya TB1 (Tri Brata 1)
Jenderal Polisi 
Sutarman, dilantik sebagai Kapolri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 25 Oktober 2013. Jenderal bintang empat asal Sukoharjo ini adalah alumnus Akpol tahun 1981 yang berasal dari keluarga Jawa yang sederhana. Beliau memang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Beliau pernah bekerja sebagai kuli bangunan dan berjualan bambu keliling sebelum masuk Akabri. Kerja keras dan perjuangannya membuat saya sangat mengagumi dan menghormati beliau. Beliau pernah menjadi Ajudan Presiden Abdurrahman Wahid (alm. Gus Dur). Beliau mengganti jabatan Kapolri dari pendahulunya Jenderal Purnawirawan Polisi Timur Pradopo. Purnawirawan adalah gelar untuk para pensiunan polisi atau tentara yang sudah tidak aktif lagi dalam kemiliteran. Dalam kemiliteran, rasa hormat sangat dijunjung tinggi dan masih akan dihormati meski telah pensiun sekalipun.

Sekedar info: kenapa saya memajang foto Jendral Purn Sutarman, karena saya rasa Beliau memiliki perjalanan yang tidak mudah untuk menjadi polisi dan Beliau tidak pernah menyangka kalau ia akan menjadi seorang Polisi bahkan Kapolri. Dan menurut saya ia adalah Kapolri terbaik setelah Kapolri ke-5 Jendral Purn Hoegeng Imam Santoso.


Dari perhitungan kasar di atas, maka jumlah Perwira Tinggi yang aktif dalam POLRI tidak sampai 200 se-Indonesia. Itu bahkan tidak sampai sejumlah kuota seangkatan Akpol yang 250an setiap angkatan, makanya jika ada yang bisa pensiun dalam pangkat Pati, itu sudah sangat hebat dan sulit.


Sejak tanggal 1 Januari 2001, Urutan pangkat kepolisian RI telah diubah, mengikuti dari surat keputusan Kapolri No. Pol: Skep/1259/X/2000, tertanggal 3 Oktober 2000. Dan berikut adalah urutan pangkat polisi yang sekarang ini di pakai di NKRI dan juga perbandingan nama pangkat yang lama. Penamaan pangkat Polri yang lama (sebelum 2001) sebenarnya sama seperti pangkat TNI AD yang masih digunakan hingga sekarang.


Perbandingan pangkat POLRI dulu dan sekarang



 Pangkat TNI hingga sekarang


Perbedaan Istilah Kepangkatan antara TNI AD dengan TNI AL dan AU yaitu pada golongan Perwira Tinggi (Jenderal) nya. Di Indonesia hanya pernah ada tiga Jendral besar (penghargaan bintang lima) yang tercatat dalam sejarah yaitu Jendral Besar Soedirman, Soeharto dan A.H. Nasution.


PENDIDIKAN PENGEMBANGAN (DIKBANG)


Untuk mencapai tingkat Pati (Perwira Tinggi) seperti diatas pun tidak cukup hanya sekolah sampai Akpol, SIPSS, Setukpa atau SAG Perwira saja. Masih banyak pendidikan pengembangan yang harus ditempuh untuk karir pada level yang lebih tinggi, yaitu:

a. Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) / PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian)
   Pendidikan pengembangan bagi para Perwira Polisi yang telah memenuhi syarat administrasi, kesehatan, jasmani, intelektual dan psikologi guna menjalani pendidikan selama 2 tahun di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Jl. Tirtayasa No.6 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dengan gelar kelulusan Sarjana Ilmu Kepolisian (S.IK)

b. Sekolah Staf dan Pimpinan Pertama (SESPIMMA)

   Pendidikan pengembangan bagi para Perwira Polisi yang telah memenuhi syarat administrasi, kesehatan, jasmani, intelektual dan psikologi guna menjalani pendidikan selama  4 bulan di Sekolah Staf dan Pimpinan Pertama (Sespimma) Jl. Ciputat Raya No. 40 Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

c. Sekolah Staff dan Pimpinan Menengah (SESPIMMEN)/SESPIM
Pendidikan pengembangan bagi para Perwira Menengah Polri yang telah memenuhi syarat administrasi, kesehatan, jasmani, intelektual dan psikologi guna menjalani pendidikan selama  7 bulan di Sekolah Staf dan Pimpinan Polri Jl. Maribaya Lembang , Bandung Jawa Barat.

d.Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (SESPIMTI) / SESPATI
   Pendidikan pengembangan bagi para Perwira Menengah Polri berpangkat Komisaris Besar (Kombes Pol) yang telah memenuhi syarat administrasi, kesehatan, jasmani, intelektual dan psikologi guna menjalani pendidikan selama 6 bulan di Sekolah Staf dan Pimpinan Polri di Jl. Maribaya Lembang, Bandung Jawa Barat.
   SESPIMTI atau SESPATI ini adalah semacam tiket awal untuk menuju promosi Perwira Tinggi (Brigjen Pol). Tentu akan semakin susah persaingan untuk menempuh sekolahnya, hanya boleh dua tahun (2 kali) mencoba tes. Selain semua pendidikan pengembangan diatas, banyak Polisi yang juga mengambil kuliah strata S1 sampai S2 untuk menunjang ilmu dan karirnya.   Walau telah melalui semua sekolah pengembangan yang ada di atas, tidak otomatis segera menjadi Perwira Tinggi. Hanya saja, promosi ke Perwira Tinggi selebihnya adalah masalah waktu dan kesempatan yang menentukan, serta tentunya kinerja, rekam jejak karir dan prestasi.
*(Sayangnya terkadang juga ada faktor politik kepentingan untuk pemilihan promosi pangkat         Perwira Tinggi)




Intermezzo: Kasus Damai di Tempat, Salah Penyuap atau yang Menerima Suap? 

Mungkin ini salah satu yang cukup sering terjadi di masyarakat. Oknum polisi yang korup, contohnya waktu menilang pelanggar lalu lintas. Saya telah lama mengamati, dan jika kita lihat secara obyektif maka ada dua kemungkinan bagi petugas polisi dan ada dua pilihan bagi pelanggar lalu lintas.


1. Contoh kasus Polisi yang menerima suap (polisi korup)
P :  Mas, karena tadi nerobos lampu dan tidak bawa surat-surat, jadi saya akan kasih surat tilang,
A : Tunggu pak, saya ga sengaja, saya beneran minta maaf. Kalau damai ditempat aja gimana pak, Saya ga bakal ngulangi lagi
P  : Emang kamu ada uang berapa?
A : Adanya segini pak *keluarin uang 50 ribu*
P :  #tergiur Ya sudah, lain kali jangan diulangi, sekarang kamu boleh jalan lagi sana,
B : Kenapa kamu bro?
A : Sebel aku, kena tilang, habis 50 ribu. Sialan tuh polisinya!


2. Contoh kasus polisi yang tidak mau nerima suap (polisi jujur)
P :  Mas, karena tadi nerobos lampu dan tidak bawa surat-surat, jadi saya akan kasih surat tilang,
A : Tunggu pak,saya beneran minta maaf, kalau ditilang saya gak bisa kalau ga ada motor pak. Kalau damai ditempat saja gimana pak? *keluarin uang 50 ribu
P: Maaf mas, tolong jangan suap saya, peraturan ya  peraturan, jadi tetap saya tilang. Jadi ikutin aja prosedurnya. Motor mas akan ditahan dulu sementara di kantor, terus minggu depan disidang di pengadilan dan bayar denda.
B : Kenapa kamu bro?
A : Kena tilang, surat-surat ditahan, sama mesti bayar denda ke bank. Sialan tuh polisinya!


Kalo kata Raisa, itu polisi jadi "Serba Salah", nerima gak nerima suap tetap kena maki dan dibenci. Udah kayak cowok di mata cewek aja. Serba salah, ya namanya juga kaum minoritas, jumlahnya sedikit dibandingkan rakyat sipil yang jauh lebih banyak. Mau gak mau ya argumen yang mayoritas yang menang.


"Kita hidup di jaman dimana kebenaran kadang dinilai dari suara mayoritas, bukan realitas"-Haikal Ahmadi


Emang kasihan jadi minoritas, saya jadi teringat kata chairul anwar.


"Sudah ras nya minoritas, Agamanya minoritas pula. Keluarga suruh cari jodoh yang sesuku. Pemerintah suruh cari yang seagama. Mau cari dimana?? Susah... " – Chairul Anwar

Penjelasan:

Kasus suap terjadi karena ada pihak yang menerima suap dan yang memberi suap. Pelanggar yang memberi uang suap dan petugas yang menerima suap sama-sama bersalah. Namun seringkali si pelanggar/penyuap tidak sadar kalau juga turut berperan dalam perilaku korupsi. Kalau tidak percaya silakan unduh UU no 11 tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap di
http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4c333288ee481/node/22473


Jadi jelas bahwa baik yang memberi suap dan menerima suap sama saja dengan "koruptor".

Dalam hal ini si pelanggar punya dua pilihan dalam benaknya:
1. Pilihan untuk menyuap agar damai di tempat biar gak ribet.
2, Pilihan untuk menolak tawaran damai ditempat/tidak mau menyuap tapi ikut prosedur tilang: kendaraan dan surat-surat ditahan, disidang di pengadilan, bayar denda tilang ke pemerintah, mungkin jauh lebih mahal dari menyuap petugas.


Tapi sayangnya ternyata sifat orang Indonesia masih banyak yang malas dan gak suka repot sehingga masih banyak sekali yang menyuap petugas agar bebas, namun herannya habis itu tetap mengata-ngatai petugas tersebut korup. Lantas apa si penyuap tidak termasuk korup? Ini tidak hanya terjadi di lembaga Polri. Suap, korupsi dan pungli di institusi lain juga banyak sekali terjadi, seperti oknum Pegawai Negeri lainnya yang memperlambat proses dan hanya mempercepat jika dibayar, yang banyak bolos tidak masuk kerja setelah libur panjang, calo, pejabat korupsi proyek yang dikurangi spesifikasi mutunya, mark up anggaran dan segala kebobrokan orang Indonesia bedebah lainnya yang sampai hapal kita temui sehari-hari.


Dan ini salah satu yang saya sangat sesalkan tentang sebagian besar orang Indonesia, mentalnya peminta-minta bak pengemis sampai banyak sekali pungli dimana-mana. Prosedur tidak ada yang singkat kawan, semua ada tahapnya. Sifat malas kita inilah awal dari korupsi. Jadi jangan memberikan sepeser uangpun untuk menyuap petugas agar kita lepas dari hukuman. Ingat nama dan pangkat oknum petugas yang mencari kesempatan, laporkan. Yang lebih baiknya lagi adalah dengan tidak melanggar, dengan begitu tidak akan ada kesempatan bagi aparat nakal tersebut untuk korup.


Mari jauhi kebiasaan ini dan bantu budayakan masyarakat anti korupsi. Peran masyarakat juga penting dalam menciptakan pemerintahan yang bersih. Be Gentlemen bro! Kalau kita melanggar mari mengakui kesalahan dan mengikuti prosedur yang berlaku. Ini satu langkah besar untuk membudayakan perilaku anti korupsi. Percuma saja kita koar-koar ngaku anti korupsi, minta hukum koruptor seberat-beratnya tapi kalau melanggar masih menyuap petugas.


"Intinya adalah selama masih ada praktik korupsi, kolusi dan nepotisme dalam masyarakat kita, negara ini tidak akan pernah maju, bahkan akan semakin tertinggal dan jauh dari sejahtera. Dan kita butuh banyak orang-orang dan pemimpin hebat yang mau mendobrak kebobrokan seperti ini untuk membentuk pemerintahan yang baik dan bersih, semoga itu ada dalam diri kita semua"


Dan berikut adalah alasan yang sering bahkan basi saat di tilang polisi

1. Buru buru
P: Kenapa kamu terobos Jalur Busway ?
A: Aduh pak saya lagi buru buru ke kantor..mohon bantuannya Pak ?
P: Oke, saya bantu dengan surat tilang.

2. Mengikuti orang lain
P: Kenapa kamu terobos Jalur Busway ?
A: Saya ikut ikutan saja Pak.
P: Yaudah kalau gitu kamu ikut saya ke pos.



"Aku menantikan masa dimana masyarakat mematuhi peraturan bukan karena takut dengan sanksi, tapi karena kesadaran diri sendiri" – Yoga Masyhuda


Sebelum menutup tulisan saya kali ini, dan seperti yang saya katakan tadi, profesi polisi adalah manusia juga, seperti aku, kamu dan mereka, yang tak sempurna. Mungkin masih banyak kekurangan dari para Polisi. Ada yang pro dan kontra itu wajar. Bagi yang kontra silakan membenci dengan cara yang positif. Bencilah para polisi dengan ajak semua orang di dunia dan dirimu sendiri berbuat baik, sehingga tidak ada lagi kejahatan, kriminal, kemacetan, pelanggaran, kecelakaan lalu lintas, demonstrasi, kerusuhan supporter bola, penculikan, pembunuhan, narkoba, terorisme, radikalisme, korupsi, dan kasus-kasus lainnya di muka bumi ini yang tak cukup saya tulis dalam waktu sehari. Disaat dunia aman tenteram seperti itu maka rasanya dunia sudah tidak memerlukan lagi profesi Polisi ataupun tentara. Sesimpel itukah? Ternyata tidak.



Q: Kenapa di media sering sekali ada berita oknum penegak hukum yang terlibat kasus?


Satu kasus oknum polisi yang diberitakan/diexpose media saja sudah sangat merusak citra anggota lainnya, disaat banyak anggota berprestasi lainnya yang luput diexpose media. Ya memang begitulah media. Begitu pula masyarakat kita, opini dan pengetahuan kita sehari-hari memang banyak dipengaruhi oleh media. Disaat mereka mati dalam tugas, seringkali luput atau jarang diliput. Hal ini sudah biasa karena berita seperti itu memang tidak terlalu menjual. Mereka bukanlah publik figur, artis, komedian ataupun selebriti yang jika mati akan diliput secara masiv oleh media dalam jangka panjang karena memang berita seperti itulah yang menjual dan ditunggu-tunggu oleh konsumen stasiun TV yang mayoritas masih awam. Apalagi industri media di negara kita mayoritas dikuasai pihak swasta yang tentunya berorientasi profit (laba) dan rating dengan mayoritas pemiliknyapun adalah petinggi partai politik, sehingga netralitas keberpihakan pemberitaannya pun masih dipertanyakan. Intinya, oknum memang ada dan wajar saja jika diliput media, namun jangan lupakan juga bahwa masih banyak juga di luar sana para petugas yang baik dan bekerja keras sepenuh hati menjadi pengayom masyarakat. Ya, kita manusia memang makhluk yang sangat mudah mengingat keburukan orang, dan sangat susah mengingat kebaikan orang.


Dan, semua pendidikan termasuk polisi pasti mengajarkan kebaikan, na
mun kembali setelah keluar dari pendidikan, tidak menjamin watak tiap individu itu berubah dan berlaku sesuai yang diajarkan di pendidikan. Bahkan semua kitab suci pun mengajarkan/mengingatkan kebaikan, namun kembali ia tidak dapat mengubah watak suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mau berubah. Jangan salahkan profesinya, profesinya tidak salah, tapi siapa ia sebagai individunya lah yang bersalah sehingga di sebut oknum.


Q: Kalau soal gaji polisi, bagaimana mas?


Saya tidak akan banyak bicara masalah gaji, sebab masuk polisi itu PENGABDIAN. Saran saya, kalau mau masuk polisi hanya karena berorientasi pada gaji besar, lebih baik batalkan niat rekan-rekan. Gajinya tidak seberapa dibanding risiko disaat bertugas, mulai dari risiko kecil hingga nyawa. Kalau beruntung dapat jabatan strategis tertentu, tunjangannya sih Alhamdulillah lumayan, dan bisa punya tabungan lebih. Tapi itu hanya segelintir perwira menengah atau perwira tinggi saja yang bisa punya cukup tabungan dari tunjangan jabatan strategis yang pernah mereka jabat. Toh, setelah punya cukup tabungan dari jabatan strategis, banyak dari perwira polisi tersebut yang nyambi buka usaha juga untuk menambah penghasilannya koq. Karena jujur saja, dapat jabatan bagus gak selamanya, dan kalau sudah tidak dapat jabatan strategis, penghasilan dari bisnislah yang membantu dan malah sering lebih besar dari gaji polisinya. Jadi jika kalian melihat banyak polisi kaya, jangan berpikir dulu bahwa itu dari hasil korup, mungkin ia mempunyai bisnis sampingan yang penghasilannya lebih besar dari gajinya menjadi polisi. Selain itu, mereka juga siap tidak libur ketika hari raya tiba, siap dinas jauh dari keluarganya, jatah cuti cuma 7 hari saja pertahun, gaji pokok polisi sekitar 3-5 juta perbulan dan masih banyak suka duka lainnya. Kalau fokus mau berpenghasilan besar sih, saran saya lebih nyaman berwirausaha/pengusaha. Mengabdi memang mengabdi, tapi kesejahteraan juga hak bagi semua pegawai negeri/abdi negara. Untuk pekerjaan yang risikonya begitu, alangkah bijaknya Negara jika semakin memperhatikan kesejahteraan para pegawainya, seperti di negara-negara lain yang maju dan sejahtera.


Kata kuncinya untuk menjadi polisi sekali lagi adalah PENGABDIAN. Kalau ada yang mau beri komentar masalah polisi gendut, mohon renungkan kembali, apakah semua polisi seperti itu? Semua polisi gendut dulunya pasti pernah berpostur ideal ketika pendidikan, hingga faktor umur dan pola makan berbicara. Pernah lihat polisi lagi jaga di pinggir jalan yang penuh debu dan polusi dari kenalpot kendaraan kita dengan warna celananya yang telah memudar seperti celana pramuka? Sekali lagi mohon diingat bahwa kasus-kasus negatif yang menjadi hot topik media hanyalah oknum. Masih banyak polisi yang hidupnya pas-pasan, berasal dari keluarga yang berlatar belakang ekonomi menengah ke bawah, namun mereka masih bertahan menjalankan tugas dan patroli saat kalian termasuk saya tertidur pulas atau ketika kita sedang berlibur ke rumah nenek saat Lebaran tiba.  :)


Demikianlah cerita singkat saya tentang kepangkatan dalam Kepolisian Republik Indonesia, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan teman-teman sekalian. Ataupun ada yang jadi berminat masuk polisi setelah membaca ini, Alhamdulillah... selama itu keinginan sendiri, cobalah.


"Yakinlah kau lebih dari yang kau bayangkan, karena tiap waktu yang kau lalui adalah takdir yang kau pilih" – Jendral Purn Sutarman


Tapi coba bayangin deh, misal berandai-andai sehari saja tidak ada polisi. Sehari itu saja dihilangkan satu profesi yang disebut polisi, masih beranikah kita beraktifitas diluar rumah? Jangankan sehari, misal membayangkan sejam saja andai tidak ada tentara atau polisi, berdiam di dalam rumah pun rasanya kepikiran ancaman incaran maling. Warga sipil pun akan mulai muncul sisi sifat buruknya satu sama lain.


Namun polisi, meski saat tidak dibutuhkan mereka kadang tidak dihargai, namun saat diperlukan mereka selalu tetap siap untuk bekerja dan melindungi. Dan polisi kian waktu akan semakin memperbaiki diri, yang diharapkan diikuti oleh perbaikan masyarakat juga. Serta, selalu beri saran dan masukan untuk Polri maupun TNI agar lebih baik lagi kedepannya, semoga semakin berkurang oknum-oknum anggota yang berbuat tidak sepantasnya, kalau perlu sampai tidak ada lagi, amin. Dan kejahatan itu sendiri adalah produk dari masyarakat, mari menjadi tanggung jawab bersama dalam membuat keamanan di lingkungan kita.



"Beribu-ribu kinerja polisi tak akan indah di mata masyarakat, namun satu kesalahan polisi akan menjadi hinaan yang luar biasa" - Anonymous


"Berdoa yang terbaik saja. Apa ada manusia yang sempurna? Yang suka mencela banyak" -
Anonymous


"Manusia itu, selalu melupakan hal baik, namun selalu mengingat-ingat hal buruk. Walaupun sedikit" - Anonymous

"Orang bodoh tidak belajar dari kesalahan, orang biasa belajar dari kesalahan, orang yang luar biasa belajar dari kesalahan orang lain" -
Anonymous



Namun saya sadar, hidup akan selalu berdampingan sesuai skenario Tuhan. Ada contoh baik dan ada contoh buruk sebagai pembelajaran. Jangankan profesi polisi, Rasul sekalipun pernah dibenci banyak orang yang sampai ingin sekali membunuh-Nya. Dan contoh buruk oknum akan selalu menjadi evaluasi dan motivasi bagi polisi-polisi yang baik lainnya untuk tetap tulus bekerja demi menutupi citra buruk akibat oknum rekan sejawat mereka yang digeneralisir kepada semua Polisi lainnya.


Dan yang terakhir.. Polisi terbaik sekaligus ayah nomor satu di dunia bagi saya..

Seorang anak kelahiran 1967 asal Ambon yang bernama Noho Luhulima beliau memang lahir dari keluarga polisi.

Seorang pemuda yang pada waktu itu menunggu dan berlatih selama dua tahun untuk bisa menembus ketatnya persaingan seleksi Polri yang dicita-citakannya.

Seorang polisi dan seorang ayah yang selalu mendidik anak anaknya dengan disiplin, tegas, tidak mudah putus asa dan pesannya untuk selalu bekerja dengan doa.

Semoga sukses selalu dalam karir dan pekerjaan Yah..






"Percayalah, kesuksesan tak akan pernah mengkhianati proses"- Jendral Purn Sutarman


"Bukan karena dia lebih beruntung, hanya saja kita yang tak tahu bagaimana perjuangannya"-Chairul Anwar


Dan terimakasih sebesar-besarnya atas hinaan dan remehan dari orang-orang sekitar yang malah memotivasi ayah saya. Kalau tidak menjadi perwira polisi seperti sekarang ini, mungkin saya tidak akan pernah lahir di dunia ini. Maha Besar Allah menciptakan semua kejadian dan cobaan pada kita dengan segala hikmah dibaliknya.


"You Will Never Do That!" The five most motivating words in the world.- Haikal Ahmadi


"Jadi anggota polisi dimana pun memang akan selalu ada yang tidak suka, karena memang tugasnya adalah mengekang kebebasan masyarakat. Orang lagi balap liar dilarang, lagi asik narkoba, mabok, sama judi ditangkap, ketahuan melanggar ditilang dan lainnya. Jadi anggota polisi yang dicintai masyarakat itu sulit, tidak dibenci saja sudah Alhamdulillah. Itulah suka dukanya." - Nasihat bapak


Harapan saya semoga masyarakat kita jadi masyarakat yang lebih cerdas, lebih bisa memberi solusi, saran/masukan ketimbang jadi masyarakat yang hanya bisa berkomentar buruk atau mencaci saja. Itu pun hanya beraninya sebatas di dunia maya/sosial media.


Kalau SDM Indonesia mau menyaingi negara maju di masa persaingan kerja dan ekonomi antar negara yang makin bebas dan sulit ini, dengan SDM yang masih seperti ini terus, menunggu budaya masyarakat Indonesia tertib sampai kiamat sekali pun rasanya susah, kecuali mulai dari sekarang dan dari diri sendiri. 


Masyarakat kita memiliki hubungan yang "kadang cinta, kadang benci" dengan aparat keamanan seperti Polisi. Seperti saat kejadian di Sarinah belum lama ini, setelah kejadian itu  tiba tiba masyarakat menjadi suka dan cinta terhadap polisi. Ada sisi dimana masyarakat menghormatinya, dan tidak sedikit yang berjuang mati-matian untuk menjadi Polisi. Namun ada kalanya "oknum petugas nakal" membuat profesi ini dianggap sebelah mata. Memang kebanyakan Polisi yang baik justru tidak muncul langsung dihadapan masyarakat (dibalik layar) dan kebanyakan yang diexpose media justru kesalahan anggota yang tidak patut dicontoh. Saya juga berpendapat demikian, saya pernah melihat anggota nakal namun saya jauh lebih banyak mengenal polisi yang hebat dan baik ketimbang anggota yang nakal. Mungkin karena lingkungan keluarga saya yang sering bertemu mengamati orang di profesi ini.



catatan tambahan:

Info yang ada di postingan saya kali ini pun adalah gabungan dari beberapa sumber di dunia maya dan beberapa yang saya ketahui secara pengalaman mengamati.
Sebelumnya dari postingan saya kali ini mohon diambil positifnya dan dibuang negatifnya.
Terima kasih, dan semoga bermanfaat menambah pengetahuan teman-teman sekalian. Mohon maaf apabila ada kekurangan..



Salam Hormat






Penulis (yang tak lebih baik dari kalian semua)

Diposting oleh saya Muhammad Yoga Masyhuda Luhulima

Menolong Rindu

Rindu itu tak pernah mempunyai usia Dan aku selalu ingin lengan lembut mu terus merengkuh Sementara hari terkayuh Barangkali telah hilang...